Israel Bunuh Nasrallah, Tangis dan Marah Campur Aduk di Beirut
Suasana kemarahan dan kesedihan yang amat dalam melanda Lapangan Martir di pusat kota Beirut, Lebanon, pada hari Sabtu, saat mereka yang melarikan diri dari pengeboman Israel yang tak henti-hentinya di pinggiran selatan ibu kota, yang dikenal sebagai Dahiyeh.
Suasana yang campur aduk itu pecah ketika mereka mengetahui kematian pemimpin Hizbullah Sayed Hassan Nasrallah dalam serangan udara Israel pada hari Jumat.
Saat berita duka menyebar, seorang pria mulai berteriak sekeras-kerasnya dan menghentakkan kaki di Lapangan Martir, sementara, beberapa meter jauhnya, seorang wanita terdengar meratap dan menangis di depan Masjid Mohammed al-Amin.
“Masih terlalu pagi, Abu Hadi,” teriaknya, menggunakan nama panggilan Nasrallah, merujuk pada putra sulungnya yang juga dibunuh oleh Israel pada tahun 1997.
Baca Juga: Israel Seenaknya Bombardir Beirut dan Bantai 720 Orang, Mengapa Militer Lebanon Diam Saja?
“Bisakah kau mendengarku? Oh Sayed, pemimpin umat dan kehormatannya.”
“Sayed tidak terbunuh, Sayed akan tetap bersama kita,” imbuh dia.
Hizbullah mengumumkan kematian pemimpinnya itu pada Sabtu hari, sehari setelah Israel mengatakan mereka telah membunuhnya dan banyak komandan lain dari kelompokmilisi Lebanon tersebut dalam gelombang serangan udara yang kuat di Dahiyeh pada Jumat malam.
Serangan udara besar-besaran tersebut meratakan enam bangunan tempat tinggal dan diikuti oleh perintah Israel bagi penduduk untuk meninggalkan daerah sekitar Dahiyeh dan daerah sekitarnya, dengan peringatan bahwa militer Zionis akan segera menyerang.
“Kami telah melalui begitu banyak perang, tidak ada yang seperti serangan yang menimpa kami kemarin,” kata Rabia, seorang wanita yang awalnya melarikan diri dari Lebanon Selatan tetapi kemudian mendapati dirinya mengungsi lagi.
Rabia adalah salah satu dari puluhan orang yang terpaksa mengungsi dari Dahiyeh pada Jumat malam dan mencari perlindungan di ruang terbuka di pusat kota Beirut dan di tepi jalan. Mereka tetap telantar sambil mencari tahu ke mana harus pergi.
Laporan kematian Nasrallah mengguncang seluruh area di dekat Lapangan Martir. Orang-orang yang sudah berduka atas kematian orang-orang terkasih mereka setelah serangan pada malam sebelumnya diliputi kesedihan dan kemarahan yang lebih dalam.
Banyak orang menangis di jalan saat mereka berusaha memahami besarnya berita yang baru saja mereka terima.
“Berita ini sungguh tidak dapat dipercaya,” kata Walid Mohammad, yang juga melarikan diri dari Dahiyeh. “Hati kami membara. Ada benjolan di hati kami.”
“Saya harap ini lelucon, berita palsu, karena pria ini tidak dapat digantikan,” imbuh dia. “Tidak mungkin. Semoga Tuhan membalas kematiannya.”
Beberapa pendukung Nasrallah mulai mempertanyakan keputusan Hizbullah untu memulai bentrok dengan Israel pada 8 Oktober, yang dilakukan kelompok itu untuk mendukung Hamas di Gaza.
"Mengapa dia memasuki perang ini?" kata Rabia. "Apakah kita meringankan beban Gaza? Tidak. Dan sekarang, Sayed sudah tiada, siapa yang akan menggantikannya sekarang?"
"Tidak seorang pun dapat menggantikannya, tidak seorang pun dapat menggantikannya,” ujarnya.
Rabia juga mengkritik Poros Perlawanan yang dipimpin Iran, dengan mengatakan bahwa sementara Houthi Yaman mendukung Hizbullah, Suriah dan Iran tidak.
"Ketika Hizbullah terlibat, tidak ada yang mendukungnya," katanya, seperti dikutip Middle East Eye, Minggu (29/9/2024).
"Ketika kami mengatakan kami memasuki perang dengan Israel, [Poros Perlawanan] mengatakan mereka akan mendukung kami, tidak ada yang mendukung kami. Di mana mereka?"
Kematian Nasrallah terjadi setelah Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan bahwa sedikitnya 1.640 orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon sejak 8 Oktober. Angka tersebut mencakup 1.030 orang yang tewas sejak 16 September.
Kementerian tersebut mengatakan bahwa banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan, sementara jenazah masih dalam proses evakuasi.
Israel terus membombardir Dahiyeh dan wilayah lain di Lebanon, termasuk wilayah selatan, sejak pengumuman kematian Nasrallah.