Profil Pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang Disebut Israel Tewas
GAZA - Israel sedang menyelidiki laporan kemungkinan pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah meninggal akibat serangan udara yang baru-baru ini terjadi di Gaza . Melansir New York Post, meski beberapa media telah menyatakan bahwa Sinwar mungkin telah terbunuh ataupun terluka dalam salah satu pemboman terbaru di bagian Jalur Gaza yang tidak ditemukan.
Pejabat Israel dan Pasukan Militer Israel (IDF) menyatakan bahwa mereka menduga Sinwar telah tewas, namun tidak ada bukti yang dapat memperkuat dugaan tersebut. Sehingga mereka masih terus menyelidiki kemungkinan dari laporan tersebut. Berbeda dengan Shin Bet yang merupakan badan intelijen dalam negeri Israel,mereka tetap meyakini bahwa Yahya Sinwar masih hidup.
Yahya Sinwar, lahir pada tanggal 29 Oktober 1962 di tempat pengungsian Khan Younis. Keluarganya merupakan pegungsi dari Ashkelon, akibat Perang Arab dan Israel pada tahun 1948. Berdasarkan Britannica, Sinwar telah berulang kali ditangkap oleh Israel pada awal tahun 1980-an karena terlibat dalam Gerakan aktivisme anti-pendudukan di Universitas Islam di Gaza.
Dia kemudian ikut mendirikan al-Majd, sebuah jaringan pemuda yang berfokus pada mengungkap informan Palestina yang bekerja dengan Israel. Ketika Hamas didirikan pada 1987, al-Majd bergabung dengan uni keamanan Hmas. Pada tahun 1989, Sinwar ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh Israel atas tuduhan pembunuhan warga Palestina yang diduga bekerja sama dengan Israel.
Selama lebih dari dua dekade di penjara, Sinwar menggunakan waktunya untuk belajar Bahasa Ibrani dan mendalami strategi musuhnya. Dirinya juga mempertahankan pengaruhnya di antara sesame tahanan melalui taktik manipulasi dan intimidasi.
Sinwar dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari pertukaran tahanan untuk tentara Israel, Gilad Shalid yang diculik oleh Hamas pada 2006. Setelah bebas, dia segera Kembali ke Gaza dan naik ke posisi kepemimpinan dalam Hamas, di mana Sinwar memainkan peran penting dalam konflik yang terus berlanjut antara Israel dan Gaza. Dia terpilih menjadi biro politik kelompok Hamas dan ditugaskan untuk melakukan koordinasi dengan Brigade Qassam pada tahun 2012.
Sinwar kemudian menjabat menjadi kepala Hamas di Gaza pada tahun 2017, menggantikan Haniyeh yang terpilih sebagai ketua biro politik dari Hamas. Dia tidak suka tampil dan berpidato di depan publik, tidak seperti Haniyeh yang sebelum terjadi pembunuhan, telah melakukan perjalanan ke berbagai daerah dan memberikan pidato selama perang berkelalanjutan di Gaza. Yahya Sinwar merupakan musuh nomor satu Israel, dan pejabat Israel tidak merahasiakan keinginannya untuk membunuhnya.