Kekeringan Terburuk Selama 60 Tahun Picu Kebakaran Hutan dan Pemadaman Listrik
EKUADOR - Pemadaman listrik yang direncanakan di Ekuador telah dimulai sehari lebih awal karena kekeringan parah mengganggu pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Negara tersebut mengalami kekeringan terburuk dalam 60 tahun, dengan tidak adanya curah hujan yang signifikan selama lebih dari dua bulan.
Pemerintah telah mengumumkan pemadaman listrik malam hari di seluruh negeri sejak Senin (23/9/2024), tetapi 12 provinsi mengalami pemadaman listrik dari pukul 08:00 hingga 17:00 waktu setempat selama akhir pekan.
Beberapa negara Amerika Selatan saat ini mengalami kekeringan terburuk yang pernah tercatat, yang juga memicu sejumlah kebakaran hutan. Pembangkit listrik tenaga air memenuhi 70 permintaan listrik Ekuador, tetapi cadangan air yang menjadi sumber dayanya telah turun ke tingkat kritis.
Presiden Ekuador Daniel Noboa mengatakan mungkin ada pemadaman lebih lanjut dan tindakan darurat lainnya yang akan diberlakukan jika tingkat air di pembangkit listrik tenaga air tidak segera dipulihkan.
Selain 71 hari tanpa hujan, Noboa juga menyalahkan keadaan darurat tersebut pada kegagalan politik. Dalam sebuah pernyataan, presiden menyalahkan krisis listrik pada kegagalan pemerintah sebelumnya untuk memelihara infrastruktur secara memadai dan kurangnya perencanaan darurat.
Peringatan merah telah diberlakukan di 15 provinsi termasuk ibu kota Quito.
Enam puluh lingkungan di Quito telah mengalami pemutusan pasokan air sebagai bagian dari tindakan penjatahan.
Kurang dari enam bulan lalu warga Ekuador terakhir kali melakukan penjatahan listrik.
Pada bulan April, kekeringan menyebabkan negara tersebut memberlakukan pemutusan listrik hingga 13 jam sehari.
Kekeringan saat ini tentu saja tidak terbatas di Ekuador, beberapa negara lain di Amerika Selatan mengalami dampak kekeringan terburuk yang pernah ada
Kekeringan ekstrem telah menghancurkan sebagian besar wilayah Amazon dan Pantanal di Brasil, Bolivia, dan Peru.
Di Kolombia, petugas pemadam kebakaran berjuang melawan puluhan kebakaran, yang sejauh ini telah merusak hampir 11.000 hektar (27.000 hektar). Awal minggu ini, pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari di wilayah hutan yang berbatasan dengan Brasil dan Ekuador yang paling parah terkena dampak kebakaran hutan.
Kekeringan juga telah melemahkan Sungai Amazon yang luas, yang memengaruhi pasokan makanan dan mata pencaharian penduduk setempat.
Pekan lalu, Badan Geologi Brasil (SGB) mengatakan permukaan air di banyak sungai di lembah Amazon telah mencapai titik terendah yang pernah tercatat.
Pada 2023, lembah Amazon mengalami kekeringan terparahnya dalam setidaknya 45 tahun, yang menurut para ilmuwan di kelompok Atribusi Cuaca Dunia telah menjadi berkali-kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.