Fasilitas Siap Digunakan, Rusia Bisa Lanjutkan Uji Coba Nuklir Kapan Saja
MOSKOW – Fasilitas uji coba nuklir rahasia Rusia siap digunakan “kapan saja” untuk melakukan tes jika Moskow memberi perintah, demikian disampaikan kepala situs uji coba nuklir negara itu. Komentar langka ini disampaikan di tengah ketegangan terkait konflik di Ukraina, yang memicu kekhawatiran akan eskalasi ke arah perang nuklir.
Lokasi pengujian Rusia, yang terletak di kepulauan Novaya Zemlya yang terpencil di Samudra Arktik, adalah tempat Uni Soviet melakukan lebih dari 200 uji coba nuklir, termasuk peledakan bom nuklir terkuat di dunia pada 1961.
"Lokasi pengujian siap untuk memulai kembali aktivitas pengujian skala penuh. Lokasinya sudah siap secara keseluruhan. Fasilitas laboratorium dan pengujian sudah siap. Personelnya sudah siap. Jika ada perintah, kami dapat memulai pengujian kapan saja," kata Kepala Fasilitas Novaya Zemlya Laksamana Muda Andrei Sinitsyn.
Komentar itu disampaikan Sinitsyn dalam wawancara langka kepada Rossiyskaya Gazeta, surat kabar resmi pemerintah Rusia, yang diterbitkan pada Selasa, (17/9/2024).
Rusia belum melakukan uji coba senjata nuklir sejak 1990, setahun sebelum jatuhnya Uni Soviet, tetapi beberapa analis Barat dan Rusia mengatakan Presiden Vladimir Putin dapat memerintahkannya untuk mencoba mengirim pesan pencegahan kepada Barat jika negara itu membiarkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauhnya untuk menyerang Rusia.
Uji coba nuklir oleh Rusia dapat mendorong negara lain seperti China atau Amerika Serikat untuk melakukan hal yang sama, yang akan memulai perlombaan senjata nuklir baru antara negara-negara besar, yang menghentikan uji coba nuklir pada tahun-tahun setelah runtuhnya Soviet.
Satelit mata-mata Barat mengawasi ketat aktivitas di tengah tanda-tanda pekerjaan konstruksi musim panas lalu yang ditunjukkan dalam citra satelit sumber terbuka.
Pada Selasa, Otoritas Keselamatan Radiasi dan Nuklir Norwegia (DSA) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mengukur adanya peningkatan tingkat radiasi di Svanhovd dan Viksjoefjell dekat perbatasan Arktik dengan Rusia.
Namun, tingkat cesium radioaktif (Cs-137) di Svanhovd yang terdeteksio selama periode 9-16 September dan di Viksjoefjell dari 5-12 September, itu tergolong sangat rendah, dan tidak menimbulkan risiko bagi manusia atau lingkungan.
Putin, yang bertanggung jawab atas kekuatan nuklir terbesar di dunia, menandatangani undang-undang November lalu yang mencabut ratifikasi Rusia atas perjanjian global yang melarang uji coba senjata nuklir, sebuah langkah yang menurutnya dirancang untuk menyelaraskan Rusia dengan Amerika Serikat (AS), yang menandatangani tetapi tidak pernah meratifikasi perjanjian tersebut.
Para diplomat Rusia mengatakan saat itu bahwa Moskow tidak akan melanjutkan uji coba nuklir kecuali Washington melakukannya. Putin mengatakan pada Juni bahwa Rusia dapat menguji senjata nuklir "jika perlu", tetapi tidak melihat perlunya melakukannya saat ini.
Amerika Serikat terakhir kali melakukan uji coba pada 1992. Hanya Korea Utara yang telah melakukan uji coba yang melibatkan ledakan nuklir pada abad ini.