Geger Kasus Pornografi Deepfake di Korsel, Juga Sasar Para Siswi
SEOUL - Kemarahan itu terasa nyata. Untuk kedua kalinya hanya dalam beberapa tahun, perempuan Korea Selatan (Korsel) turun ke jalan di Seoul untuk menuntut diakhirinya pelecehan seksual.
Ketika negara tersebut mempelopori gerakan #MeToo di Asia, biang keladinya adalah molka yakni kamera mata-mata yang digunakan untuk merekam perempuan tanpa sepengetahuan mereka. Sekarang kemarahan mereka diarahkan pada epidemi pornografi deepfake.
Bagi Juhee Jin (26), seorang warga Seoul yang mengadvokasi hak-hak perempuan, munculnya ancaman baru ini dengan perempuan dan anak perempuan kembali menjadi sasaran, sangat dapat diprediksi.
"Ini seharusnya sudah ditangani sejak lama," kata Jin, seorang penerjemah, melansir The Guardian, Sabtu (14/9/2024).
"Saya berharap pihak berwenang mengambil tindakan pencegahan dan memberikan pendidikan yang tepat sehingga orang dapat mencegah kejahatan ini terjadi."
Badan kepolisian nasional mengatakan, mereka sedang menyelidiki 513 kasus pornografi deepfake yakni menggabungkan wajah wanita dengan tubuh palsu secara digital tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. Kasus ini melonjak 70 hanya dalam 40 hari, kata kantor berita Yonhap. Saat ini Korsel tengah berjuang mengendalikan penggunaan teknologi digital untuk melakukan pelecehan seksual terhadap wanita dan gadis.
Laporan terbaru tentang peningkatan pesat pornografi deepfake telah memicu babak baru pencarian jati diri di Korsel. Jumlah pasti korban sulit untuk diverifikasi, tetapi jika tren saat ini berlanjut, Korsel diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada akhir tahun.
Jumlah kasus pornografi deepfake yang dilaporkan telah terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dari 156 pada tahun 2021 menjadi 180 pada 2023.
Korban sebagian besar adalah wanita dan gadis muda, termasuk siswa, guru, dan tentara. Tahun lalu hampir dua per tiganya berusia remaja. Laporan media lokal mengatakan, para pelaku juga sering kali di bawah umur. Menurut Yoonhap, dari seluruh pelaku yang ditahan hingga September 2024, 79 persen di antaranya adalah remaja.
Skala masalah ini telah mengejutkan banyak warga Korea Selatan. Satu ruang obrolan Telegram yang dikenal karena membuat dan mendistribusikan pornografi deepfake dilaporkan memiliki 220.000 anggota, yang lain lebih dari 400.000 pengguna. Beberapa ruang mendorong anggota untuk mempermalukan atau merendahkan wanita melalui deepfake.
Beberapa tahun setelah Korea Selatan menjadi berita utama internasional dengan masalah molka-nya, pemerintah kembali mendapat tekanan untuk memberantas gelombang kejahatan seks daring ini. Sebuah protes besar dijadwalkan akan diadakan di Seoul pada 21 September.
Korsel memegang gelar sebagai negara yang paling banyak menjadi sasaran pornografi deepfake. Sebanyak 53 individu yang ditampilkan dalam deepfake adalah penyanyi dan aktor wanita. Ini berdasarkan laporan tahun 2023 oleh Security Hero, sebuah perusahaan rintisan AS yang berfokus pada perlindungan pencurian identitas.
Polisi telah memulai penyelidikan terhadap Telegram, dan regulator media negara itu berencana untuk mengadakan pembicaraan dengan perwakilan aplikasi perpesanan tersebut untuk membahas tanggapan bersama terhadap masalah tersebut. Kementerian pendidikan telah meluncurkan satuan tugas untuk menyelidiki insiden di sekolah, mengajarkan anak-anak cara melindungi gambar mereka, dan mendukung para korban.