AS Perintahkan Riset Potensi Serangan Nuklir di Rusia Barat dan Eropa Timur, untuk Apa?
Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) telah memerintahkan sebuah riset yang mensimulasikan dampak serangan nuklir pada pertanian global.
Menurut pemberitahuan permintaan yang diunggah pada platform pengadaan pemerintah, riset tersebut akan difokuskan pada wilayah di pinggiran Eropa Timur dan Rusia Barat, yang dalam simulasi tersebut merupakan episentrum penyebaran senjata nuklir hipotetis.
Mengutip laporan RIA News , Jumat (13/9/2024), proyek tersebut akan dipelopori oleh Korps Insinyur Angkatan Darat AS, Engineer Research and Development Center (ERDC).
Menurut pemberitahuan tersebut, ERDC telah memilih Terra Analytics, sebuah perusahaan yang berbasis di Colorado yang mengkhususkan diri dalam visualisasi dan analisis data tingkat lanjut, sebagai kontraktor.
Namun, disebutkan bahwa kontraktor potensial lainnya diundang untuk membagikan proposal mereka jika mereka dapat menyediakan layanan serupa.
Pemberitahuan tersebut mencantumkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh kontraktor, seperti menyediakan personel, peralatan, fasilitas, pengawasan, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk melakukan studi.
Kontraktor, antara lain, perlu memasukkan pemetaan udara dalam simulasi dan memodelkan skenario di mana "peristiwa nuklir yang tidak merusak" terjadi. Biaya kontrak telah ditetapkan sebesar USD34 juta.
Tidak jelas dari pemberitahuan tersebut bagaimana Pentagon bermaksud menggunakan studi itu.
Namun, perintah tersebut datang pada saat pembicaraan tentang potensi perang nuklir telah meningkat mengingat perang Ukraina dan perselisihan yang berkembang antara NATO dan Rusia.
Banyak pakar telah memperingatkan bahwa konfrontasi langsung antara Rusia dan blok Barat yang dipimpin AS dapat mengakibatkan bencana nuklir.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, Washington dan Moskow mengendalikan persenjataan atom terbesar di dunia, dengan masing-masing sekitar 5.000 dan 5.500 hulu ledak.
The New York Times melaporkan bulan lalu bahwa pemerintah AS telah menyetujui versi baru dari strategi nuklirnya.
Menurut surat kabar tersebut, dokumen itu memerintahkan pasukan AS untuk bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi nuklir terkoordinasi dengan Rusia, China, dan Korea Utara.
Rusia sering memperingatkan bahwa dukungan militer Barat terhadap pemerintah Ukraina dapat memperburuk konflik saat ini, mengubahnya menjadi Perang Dunia III.
Para pembuat kebijakan Rusia baru-baru ini mempertimbangkan untuk membuat penyesuaian terhadap doktrin atom negara itu sendiri untuk menyediakan serangan nuklir pre-emptive.
Namun, Moskow secara konsisten menyatakan bahwa perang nuklir tidak boleh terjadi.