Meski Ditentang China, PM Anwar Ibrahim: Malaysia Akan Lanjutkan Eksplorasi Migas di Laut Cina Selatan
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pada Kamis (5/9/2024) bahwa Malaysia akan terus melanjutkan eksplorasi minyak dan gas di Laut Cina Selatan. Keputusan ini akan dilakukan setelah dokumen diplomatik yang bocor menunjukkan adanya penentangan atau perlawanan dari Beijing.
Namun, ia mengambil sikap yang bersifat mendamaikan dengan menggambarkan Cina sebagai teman dan mengatakan kedua negara akan membahas masalah tersebut secara damai.
Seperti diketahui, perusahaan minyak milik negara Malaysia, Petronas, mengoperasikan ladang minyak dan gas di laut tersebut dalam zona ekonomi eksklusifnya. Cina mengklaim hampir semua jalur perairan yang penting secara ekonomi tersebut meskipun ada klaim dari negara lain dan putusan pengadilan internasional yang menyatakan bahwa pernyataannya tidak memiliki dasar hukum.
"Apa yang kami lakukan dalam hal eksplorasi minyak tentu saja berada di perairan kami," kata Anwar kepada wartawan yang bepergian bersamanya dalam kunjungan ke Rusia.
Konferensi persnya disiarkan langsung di TV Malaysia.
"Kami mungkin akan menanggapi Cina dengan menjelaskan posisi kami bahwa kami tidak pernah bermaksud untuk bersikap provokatif, bermusuhan secara tidak perlu," lanjutnya.
"China adalah teman baik. Namun, tentu saja kami harus beroperasi di perairan kami dan mengamankan keuntungan ekonomi, termasuk pengeboran minyak, di wilayah kami,” ujarnya.
Portal berita Filipina Inquirer.net minggu lalu menerbitkan apa yang disebutnya sebagai nota diplomatik yang bocor di mana China menuntut Malaysia menghentikan semua aktivitas minyak dan gas di lepas pantai negara bagian Sarawak di pulau Kalimantan.
Beijing mengatakan dalam nota itu bahwa Malaysia telah melanggar batas wilayah China.
Kementerian luar negeri Malaysia telah menyerukan penyelidikan atas kebocoran tersebut tetapi tidak membantah isinya.
"Kami harus melanjutkan (eksplorasi) karena ini adalah masalah kelangsungan hidup ekonomi negara kami," ungkapnya.
Malaysia terbuka untuk membahas masalah tersebut dengan China tetapi itu tidak berarti bahwa kami harus berhenti.
Kisah Raja Faisal Arab Saudi Lakukan Embargo Minyak yang Cekik Ekonomi AS karena Amerika Pro-Israel
"Jika mereka terus melanjutkan pertikaian, maka kami harus mendengarkan dan mereka harus mendengarkan. Namun, hal itu tidak boleh merusak hubungan bilateral yang baik antara kedua negara ini," imbuh Anwar.
Filipina dan Tiongkok baru-baru ini telah berulang kali berkonfrontasi di laut, yang dianggap oleh para analis sebagai titik api regional karena dapat menyeret sekutu perjanjian pertahanan bersama Manila, Amerika Serikat (AS), ke dalam konflik.