Serangan Israel Tewaskan 100 Orang saat Salat Subuh di Gaza, Sejumlah Negara Kecam
KAIRO - Serangan udara Israel di Kota Gaza menewaskan sekitar 100 orang saat mereka tengah salah subuh. Sejumlah negara mengecam serangan Israel tersebut.
Melansir Reuters, Minggu (11/8/2024), video dari lokasi kejadian menunjukkan potongan-potongan tubuh berserakan di antara puing-puing dan lebih banyak lagi mayat yang dibawa pergi dan ditutupi selimut. Kaleng-kaleng makanan kosong tergeletak di genangan darah, dan kasur-kasur yang terbakar serta boneka anak-anak tergeletak di reruntuhan.
Dalam video lain, sejumlah pria berdoa di atas selusin kantong mayat yang diletakkan di tanah kompleks sekolah Tabeen.
Serangan Israel tersebut menuai kecaman dari negara-negara Arab, Turki, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa serta ungkapan keprihatinan yang mendalam dari AS.
"Sekali lagi, terlalu banyak warga sipil yang terbunuh," kata Wakil Presiden AS Kamala Harris, saat berkampanye di Phoenix ketika ditanya tentang reaksinya terhadap serangan di Kota Gaza.
"Kita perlu kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata," ujar Kamala.
Layanan Darurat Sipil Gaza, yang memiliki catatan kredibel dalam menyatakan jumlah korban, dan kantor media pemerintah yang dikelola Hamas mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa kompleks tersebut telah diserang saat penghuninya sedang melakukan salat subuh.
"Sejauh ini, ada lebih dari 93 martir, termasuk 11 anak-anak dan enam wanita. Ada jenazah yang tidak teridentifikasi," kata juru bicara pertahanan sipil Palestina, Mahmoud Bassal, dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
Puluhan ribu warga Palestina yang mengungsi telah mencari perlindungan di sekolah-sekolah Gaza, yang sebagian besar telah ditutup sejak perang Israel melawan Hamas dimulai. Bassal menyebut, sekitar 350 keluarga berlindung di kompleks itu. Sebagian dari ratusan ribu warga Palestina mengungsi akibat serangan Israel di Gaza.
Ia menyebutkan, lantai atas dihuni keluarga dan lantai bawah yang digunakan sebagai masjid terkena serangan.
Sementara itu, ,iliter Israel mengatakan jumlah korban tewas dilebih-lebihkan.
"Serangan itu dilakukan dengan menggunakan tiga amunisi presisi, yang tidak dapat menyebabkan jumlah kerusakan yang dilaporkan," kata militer dalam sebuah pernyataan.
Mereka menambahkan bahwa tidak ada kerusakan parah yang terjadi di kompleks itu, dan memberikan foto dan video udara yang katanya membuktikan hal ini.
Kompleks tersebut dan masjid yang diserang di dalamnya, berfungsi sebagai fasilitas militer Hamas dan Jihad Islam yang aktif," kata Letnan Kolonel Nadav Shoshani di X, tanpa memberikan bukti.