Profil Muhammad Yunus, Dijuluki Bankir Orang Miskin hingga Penghisap Darah
DHAKA - Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus telah dipilih untuk memimpin pemerintahan sementara Bangladesh hingga pemilihan umum baru diadakan. Yunus disebut-sebut sebagai musuh politik bebuyutan mantan Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina.
Keputusan tersebut menyusul pertemuan pada Selasa (6/8/2024) malam yang dihadiri oleh para pemimpin protes mahasiswa, kepala militer, anggota masyarakat sipil, dan pemimpin bisnis.
Pemimpin mahasiswa yang mengorganisir protes tersebut menginginkan Yunus, yang saat ini berada di Paris untuk Olimpiade sebagai penasihat penyelenggara, untuk memimpin pemerintahan sementara.
Lalu siapakah Yunus? Yunus lahir pada tahun 1940 di Chittagong, kota pelabuhan di Bangladesh. Ia meraih gelar doktor dari Universitas Vanderbilt di Amerika Serikat (AS) dan mengajar di sana sebentar sebelum kembali ke Bangladesh.
Pria berusia 83 tahun itu dikenal sebagai bankir bagi orang-orang termiskin di antara yang miskin dan kritikus lama Sheikh Hasina yang digulingkan. Namun Hasina menyebutnya sebagai penghisap darah.
Seorang ekonom dan bankir profesional, Yunus dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2006 karena memelopori penggunaan kredit mikro untuk membantu orang miskin, khususnya perempuan. Komite Penghargaan Nobel Perdamaian memuji Yunus dan Bank Grameen miliknya atas upaya mereka untuk menciptakan pembangunan ekonomi dan sosial dari bawah.
Yunus mendirikan Bank Grameen pada tahun 1983 untuk menyediakan pinjaman kecil bagi para pengusaha yang biasanya tidak memenuhi syarat untuk menerimanya. Keberhasilan bank tersebut dalam mengangkat orang keluar dari kemiskinan menyebabkan upaya pembiayaan mikro serupa di negara lain.
Ia mengalami masalah dengan Hasina pada tahun 2008, ketika pemerintahannya meluncurkan serangkaian penyelidikan terhadapnya. Ia telah mengumumkan akan membentuk partai politik pada tahun 2007 ketika negara tersebut dijalankan oleh pemerintah yang didukung militer tetapi tidak menindaklanjutinya.
Selama penyelidikan, Hasina menuduh Yunus menggunakan kekerasan dan cara lain untuk menagih pinjaman dari perempuan miskin di pedesaan sebagai pimpinan Grameen Bank. Yunus membantah tuduhan tersebut.
Pemerintah Hasina mulai meninjau aktivitas bank tersebut pada tahun 2011, dan Yunus dipecat sebagai direktur pelaksana karena diduga melanggar peraturan pensiun pemerintah. Ia diadili pada tahun 2013 atas tuduhan menerima uang tanpa izin pemerintah, termasuk Hadiah Nobel dan royalti dari sebuah buku.
Ia kemudian menghadapi lebih banyak tuduhan yang melibatkan perusahaan lain yang ia dirikan, termasuk Grameen Telecom, yang merupakan bagian dari perusahaan telepon seluler terbesar di negara itu, GrameenPhone, anak perusahaan raksasa telekomunikasi Norwegia, Telenor. Pada tahun 2023, beberapa mantan pekerja Grameen Telecom mengajukan kasus terhadap Yunus dengan tuduhan menyedot tunjangan pekerjaan mereka. Ia membantah tuduhan tersebut.
Awal tahun ini, pengadilan hakim khusus di Bangladesh mendakwa Yunus dan 13 orang lainnya atas tuduhan kasus penggelapan senilai USD2 juta. Yunus mengaku tidak bersalah dan dibebaskan dengan jaminan untuk saat ini.
Pendukung Yunus mengatakan bahwa ia menjadi sasaran karena hubungannya yang dingin dengan Hasina.