SPECIAL REPORT: Masa Depan Hamas Pasca Ismail Haniyeh, Siapa Pemimpin Penggantinya?

SPECIAL REPORT: Masa Depan Hamas Pasca Ismail Haniyeh, Siapa Pemimpin Penggantinya?

Global | okezone | Minggu, 4 Agustus 2024 - 12:34
share

JAKARTA Kematian pemimpin Hamas , Ismail Haniyeh di Teheran, Iran pada Rabu, 31 Juli semakin meningkatkan ketegangan di kawasan dan kemarahan dari faksi Palestina tersebut di tengah perang yang berkecamuk di Gaza. Kematian Haniyeh, yang telah memimpin Hamas sejak 2017, berpotensi mengubah arah dan masa depan kelompok Palestina tersebut.

Haniyeh tewas dalam serangan menjelang fajar di tempatnya menginap di Teheran saat ia sedang melawat untuk upacara pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian. Israel dianggap bertanggung jawab atas kematian Haniyeh, meski negara Zionis itu tidak secara resmi mengakuinya.

Tewasnya Haniyeh juga secara efektif membunuh pembicaraan gencatan senjata yang berlangsung antara Hamas dengan Israel di Doha, Qatar.

Kita mungkin harus mengucapkan selamat tinggal pada gencatan senjata untuk saat ini karena ini dapat meningkat menjadi perang regional, kata Abas Aslani, seorang peneliti di Pusat Studi Strategis Timur Tengah di Teheran.

PM Israel berusaha melakukan segala cara untuk memperpanjang kehidupan politiknya. Ia ingin melanjutkan perang (di Gaza), dan saya pikir ini dimaksudkan tidak hanya untuk memengaruhi proses di Teheran dan kawasan tersebut, tetapi juga di Washington.

Setelah pemakaman Haniyeh di Qatar, Hamas kini perlu untuk segera menemukan penggantinya untuk mengisi posisi Kepala Biro Politik yang kosong. Beberapa nama telah muncul sebagai pengganti potensial Haniyeh.

Salah satu pertimbangan adalah pimpinan Hamas selanjutnya harus memiliki komitmen yang tegas bagi perjuangan kemeredekaan Palestina, termasuk dengan cara mengangkat senjata. Hal ini menjadi kriteria penting terlepas dari adanya beberapa bagian pragmatis dari Hamas, yang menyatakan kesediaan untuk mengakui hak keberadaan Israel.

Haniyeh sendiri dianggap sebagai seorang tokoh Hamas yang moderat dan pragmatis dalam perjuangan Hamas, dibandingkan beberapa tokoh sayap militer Hamas.

Warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat juga memandang Ismail Haniyeh sebagai pemimpin moderat yang jauh lebih pragmatis dibandingkan pemimpin lain yang memimpin sisi militer gerakan tersebut, kata jurnalis Al Jazeera di Gaza, Hani Mahmoud.

Hal lain yang menjadi pertimbangan untuk pemimpin Hamas berikutnya adalah terkait hubungan kelompok perjuangan Palestina itu dengan negara-negara Arab dan Islam.

Terkait kriteria tersebut, setidaknya lima nama yang berpotensi menjadi pengganti Haniyeh, yaitu:

1. Khalil al-Hayya

Khalil al-Hayya adalah wakil kepala biro politik Hamas di Jalur Gaza, dan orang dekat Yahya Sinwar, pimpinan Hamas di Gaza.

Hayya, yang telah berulang kali menekankan pentingnya perjuangan bersenjata, kehilangan beberapa anggota keluarga dalam operasi militer Israel termasuk satu operasi yang menargetkan rumahnya di Jalur Gaza utara pada 2007.

2. Musa Abu Marzuk

Anggota senior biro politik Hamas ini dianggap sebagai tokoh pragmatis seperti juga Haniyeh. Dia mendukung "gencatan senjata jangka panjang" dengan Israel, dan mendukung penerimaan perbatasan Palestina yang dibuat setelah perang Arab-Israel 1967, yang menjadi kontroversi di internal Hamas.

Pada 1990-an ia tinggal di Amerika Serikat, di mana ia ditangkap atas tuduhan mengumpulkan dana untuk sayap bersenjata gerakan tersebut. Ia kemudian tinggal di pengasingan, termasuk di Yordania, Mesir, dan Qatar.

3. Zaher Jabarin

Zaher Jabarain adalah bendahara Hamas yang banyak dianggap sebagai salah satu tangan kanannya Ismail Haniyeh. Setelah ditahan di penjara Israel, ia dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari pertukaran pembebasan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang disandera selama lima tahun.

Jabarin, yang memiliki hubungan kuat dengan Turki, tempat ia pernah tinggal, telah merekrut orang untuk kegiatan pencucian uang skala besar, dua di antaranya ditangkap di Israel pada tahun 2018.

Ia juga telah mengambil bagian dalam operasi mematikan yang dilakukan oleh sayap bersenjata Hamas.

4. Yahya Sinwar

Yahya Sinwar adalah sosok pemimpin Hamas di Jalur Gaza dan salah satu sosok terpenting dalam organisasi tersebut. Sinwar dikenal karena perannya yang signifikan dalam operasi militer dan strategis Hamas. Pengalaman dan pengaruhnya di lapangan membuatnya menjadi kandidat kuat untuk posisi pemimpin yang baru.

5. Khaled Meshal

Meshal merupakan mantan Ketua Biro Politik Hamas dan memiliki pengalaman luas dalam urusan diplomatik dan politik internasional. Pengalaman Meshal dalam membangun hubungan internasional dan perannya dalam negosiasi penting menjadikannya calon potensial untuk memimpin Hamas.

Meski kematian Haniyeh mengejutkan Hamas, kelompok itu diyakini tidak akan terlalu terpengaruh dan akan segera pulih. Pasalnya ini bukan pertama kalinya pimpinan Hamas menjadi korban dari pembunuhan.

Pada 2004, Israel membunuh pimpinan Hamas saat itu, Sheikh Ahmad Yassin, tetapi kelompok Palestina itu tetap kuat, bahkan semakin aktif. Bahkan, pengamat menduga bahwa kematian Haniyeh justru akan membuat Hamas semakin berani dalam melakukan aksi bersenjatanya.

Secara relatif, di dalam kelompok tersebut (Hamas), Haniyeh telah menjadi kekuatan moderat... Pembunuhannya dapat membuat kelompok garis keras di dalam gerakan tersebut semakin berani, kata Hugh Lovatt, peneliti di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri.

Dan, seperti banyak diperkirakan, kematian Haniyeh juga dikhawatirkan akan memicu konflik yang lebih besar di kawasan Timur Tengah.

Topik Menarik