Richeese Factory Bicara Peluang Biayai Ekspansi Lewat Pendanaan IPO

Richeese Factory Bicara Peluang Biayai Ekspansi Lewat Pendanaan IPO

Global | IDX Channel | Selasa, 27 Februari 2024 - 10:11
share

IDXChannel - PT Richeese Kuliner Indonesia (Richeese Factory) telah memasang target penambahan 50 gerai baru di sepanjang 2024 ini, dengan bakal dilakukan secara bertahap sekitar satu hingga empat gerai per bulan.

Langkah ekspansi tersebut dilakukan demi memperkuat posisi perusahaan sebagai salah satu pelaku utama di industri Quick Service Restaurant (QSR) di Indonesia.

"Kami sekarang ada lebih dari 250 gerai di seluruh Indonesia. Target ada ekspansi (penambahan) 50 (gerai) baru lagi, sehingga jadi 300 (gerai) di tahun ini," ujar PR Digital Marketing Manager Richeese Factory, Jaka Sebastian, di Jakarta, Senin (26/2/2024).

Tak hanya ekspansi di dalam negeri, menurut Jaka, pihaknya juga bertekad untuk memperkuat penetrasinya di pasar regional, dengan menambah gerai baru di Malaysia, di mana sejauh ini perusahaan telah memiliki 11 gerai di Negeri Jiran tersebut.

Dengan target ekspansi yang cukup progresif tersebut, Jaka menyebut bahwa pihaknya masih akan mengandalkan pendanaan sepenuhnya dari kas internal perusahaan. Kalau pun diperlukan tambahan, opsi yang mungkin dilirik adalah pembiayaan dari perbankan.

"Masih akan kami biayai secara mandiri dari kas (perusahaan). Mungkin juga dari (pinjaman) bank, kalau memang ada peluang. Kalau untuk IPO (Initial Public Offering/Penawaran Umum Perdana Saham), kami belum (ada rencana) ke sana," tutur Jaka.

Salah satu yang menjadi pertimbangan mengapa pendanaan lewat pasar modal dengan pelaksanaan IPO tidak dilirik, dijelaskan Jaka, adalah terkait keterlibatan pihak ketiga dalam manajemen, sehingga dikhawatirkan bakal mengganggu dalam upaya perusahaan untuk menjaga kualitas produk dan kinerja secara keseluruhan.

Atas pertimbangan itu pula, ditambahkan Jaka, pihaknya sejauh ini sama sekali tidak tertarik untuk mengembangkan bisnis lewat sistem franchise, dan memilih untuk menguasai sepenuhnya jaringan cabang yang ada dalam satu komando perusahaan.

"Karena kalau franchise, ada pihak ketiga di sana, sehingga risikonya di kualitas, yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali kami. Sama juga soal IPO, artinya ada pihak ketiga juga yang masuk dalam manajemen. Ini yang jadi pertimbangan," ungkap Jaka.

Karenanya, ketimbang Richeese Factory, Jaka justru menilai bahwa peluang IPO lebih besar untuk dilakukan oleh Sang Induk Usaha, yaitu PT Kaldu Sari Nabati, atau lebih dikenal dengan nama Nabati Group.

"Mungkin kalau pun (nantinya) IPO, akan lebih ke Nabati Group (induk usaha perusahaan) ya. Jadi bukan di kami. Tapi tidak tahu juga, karena itu kan di ranah induk, jadi kami tidak bisa bicara lebih jauh. Sedangkan kalau di internal kami (Richeese Factory), sama sekali belum ada pembicaraan (untuk IPO)," tegas Jaka. (TSA)

Topik Menarik