Mobil Listrik Lagi Naik Daun, Cek Prospek dan Target Harga Saham ASII

Mobil Listrik Lagi Naik Daun, Cek Prospek dan Target Harga Saham ASII

Global | IDX Channel | Senin, 26 Februari 2024 - 07:01
share

IDXChannel - Penjualan otomotif pada awal 2024 tersendat oleh kontestasi Pemilu. Pada Januari ini, untuk kendaraan roda empat (4W) dan roda dua (2W) masing-masing turun 26,1% dan 3,7% YoY.

Menurut Analis Saham Panin Sekuritas, Andhika Audrey, hal ini dipicu akibat masyarakat menahan konsumsi mereka, khususnya pada barang durable goods demi kepastian politik.

"Kami estimasikan penjualan 2W dan 4W relatif akan flat seiring dengan penurunan penjualan signifikan pada Januari 2024 hingga akhir kuartal I-2024," katanya dalam risetnya, Minggu (25/2/2024).

"Serta masifnya serangan mobil EV ke pasar otomotif dalam negeri dengan membawa sejumlah investasi lengkap dari hulu ke hilir seiring dengan insentif fiskal yang telah disahkan terkait PPN DTP (TKDN <40%) hingga akhir 2024 dengan besar 10% dari 11% PPN," dia menambahkan.

Andhika merinci, penjualan otomotif mengalami perlambatan di bulan politik. Penjualan mobil domestik secara wholesales mengalami penurunan signifikan pada Januari 2024 sebanyak 69,6 ribu unit (-18,4% MoM; -26,1% YoY).

Hal serupa juga dialami oleh penjualan secara ritel untuk mobil yang tercatat turun menjadi 78,2 ribu unit (-12,7% MoM; -13,9% YoY). Bahkan penjualan sepeda motor dalam periode yang sama juga terkontraksi menjadi 592,6 ribu unit (-3,7% YoY).

Penurunan ini berhubungan erat dengan seasonality penjualan otomotif menjelang Pemilu dari tahun ke tahun. Namun pemerintah, pengusaha otomotif yang tergabung di Gaikindo, serta AISI tetap optimistis dengan pencapaian target penjualan di 2024 untuk 4W dan 2W masing-masing 1,1 juta unit (2023: 1,005 juta) dan 6,5 juta unit (2023: 6,2 juta).

Optimistis ini didukung hasil ekspor otomotif yang solid dengan 21 perusahaan otomotif dalam negeri memiliki kapasitas 2,35 juta unit per tahun.

Penjualan Otomotif Diproyeksi Flat di 2024

"Kami mengestimasikan penjualan otomotif di 2024 akan relatif flat, karena dilihat secara monthly sales telah mencapai high base level di 2022-2023," ujar Andhika.

"Kami mengantisipasi penurunan penjualan pada kuartal I-2024 yang disebabkan oleh kontestasi Pemilu 2024, namun akan kembali naik secara gradually pada kuartal II-2024 menyusul telah rampungnya Pemilu 2024 serta peningkatan konsumsi saat festive season dan Idul Fitri," sambungnya.

Andhika memproyeksikan, Bank Indonesia (BI) berpotensi untuk menurunkan suku bunga acuannya di semester II-2024 yang akan diharapkan dapat meningkatkan penjualan otomotif.

"Namun perlu diwaspadai, percepatan peralihan ekosistem ramah lingkungan menjadikan produk EV semakin agresif untuk merebut pangsa pasar kendaraan ICE di Indonesia yang didukung oleh pemerintah melalui beberapa skema fiskal," paparnya.

Serangan Kendaraan Listrik

Dominasi EV semakin terasa di global setelah BYD yang sukses men-takeover penjualan Tesla di China, bahkan pertumbuhan penjualan EV Global di 2023 tercatat tumbuh 31,0% YoY (ICE Global: +11,5% YoY), menurut riset Rho Motion penjualan EV 2024 diperkirakan bertumbuh ~30%.

Andhika menerangkan, China merupakan kiblat dari industri EV, di mana saat ini populasi mobil listrik di Negeri Tirai Bambu itu mencapai ~30% dari total populasi mobil seluruh dataran China.

Bahkan, lanjutnya, menurut Bloomberg Intelligence penjualan mobil EV di China dapat menembus 10,7 juta unit di tahun 2030F (CAGR 7 tahun: ~+12%).

Bagaimana dengan populasi EV di Jepang?

Kata Andhika, Jepang merupakan rumah bagi perusahaan otomotif besar dunia (Toyota, Daihatsu, Honda, dan lainnya) yang masih fokus dengan mobil ICE. Walau demikian, pertumbuhan penjualan EV di Jepang cukup solid di kuartal III-2023 sebanyak +23,9% YoY (ICE Car Sales: +11,8% YoY).

"Prioritas perusahaan otomotif Jepang tidak menjual EV di negara sendiri, melainkan di AS dan China yang memiliki lebih banyak insentif untuk kebijakan fiskal kepemilikan EV. Di Indonesia, penjualan EV melesat 65% YoY, sementara di Thailand melonjak 7 kali lipat secara tahunan," jelasnya.

Andhika dalam risetnya juga memaparkan bagaimana produsen kendaraan listrik berlomba-lomba menarik minat masyarakat Tanah Air pada gelaran IIMS 2024.

"Kami melihat merek BYD dan VinFast menarik perhatian pengunjung melalui model mobil listrik yang menarik serta harga yang relatif murah, dimana VinFast model tertinggi (VF7) relatif lebih rendah ~28% dibanding model tertinggi BYD (Seal), namun dengan spesifikasi lebih terbatas dibanding BYD," terangnya.

Sementara itu, brand asal Jepang lebih sedikit mengeluarkan model EV terbarunya dibandingkan brand asal China.

"Kami mengobservasi pada gelaran IIMS 2024, banyak brand 4W yang menawarkan harga menarik dibanding harga pada dealer resminya dengan rata-rata potongan harga mencapai Rp7-9 juta, serta jika beruntung akan mendapatkan beberapa merchandise resmi hingga jasa servis gratis dengan syarat dan ketentuan yang berlaku," papar Andhika.

Dampaknya ke Saham Raksasa Otomotif ASII?

Andhika mengatakan, saham ASII telah turun sekira 28,8% dalam kurun waktu 6 bulan terakhir seiring dengan rangkaian sentimen negatif, mulai dari skandal isu keselamatan kendaraan, pelemahan kinerja otomotif dan pertambangan, dikeluarkannya dari indeks Sri Kehati, hingga yang terbaru adalah ancaman perusahaan EV yang marak berdatangan ke Indonesia.

Walaupun penjualan konsolidasi dari Toyota Jepang tetap solid tumbuh +18,4% YoY, di tengah gempuran produk serta insentif fiskal untuk EV.

"Kami melihat sentimen negatif terhadap ASII terkait kinerja segmen otomotif dan pertambangan telah relatif priced-in pada harga saham perseroan," ujar Andhika.

"Kami mengestimasikan pendapatan pada 2024 dari ASII cukup moderat di Rp316 triliiun dengan laba Rp30,1 triliun dengan implied PE target di 7,53x di 2024, setara dengan -1x std.dev rata-rata PE 5 tahun," proyeksinya.

Andhika melihat outlook NEUTRAL pada sektor otomotif. Untuk saham ASII, dia merekomendasikan HOLD dengan target harga Rp5.600. Sedangkan saham AUTO dan DRMA masing-masing rekomendasi BUY dengan target harga Rp3.000 dan Rp1.500, serta PE 8,27x dan 9,62x pada 2024 .

(FAY)

Topik Menarik