IHSG Diproyeksi Tembus 7.000 Pekan Ini, Apa Saja Sentimen Utamanya?
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bisa menembus level 7.000 pada pekan ini. Proyeksi ini ditopang oleh sentimen Rebalancing Index FTSE, suku bunga BI dan FOMC Minutes.
Community Lead IPOT Angga Septianus mengatakan, terkait Rebalancing Index FTSE, di FTSE Large Cap ada AMMN yang masuk MSCI dan efektif 1 Desember 2023 dan di FTSE Mid Cap ada NCKL, MAHA dan RAAM. Rebalancing FTSE sendiri efektif 18 Desember 2023.
"Suku bunga BI ekspektasinya stay di 6% dan komentar The Fed di FOMC Minutes akan memastikan apakah suku bunga sudah selesai dinaikin apa belum. Sementara itu, investor sendiri optimis sudah selesai, karena data inflasi yang bagus dan mulai mendekati target," jelas Angga dalam risetnya, Senin (20/11/2023).
Sebelumnya, geliat IHSG tertopang top gainers pada minggu lalu yakni sektor IDX Infrastructures yang naik sebesar 8,81% dan IDX Techno yang naik sebesar 3,00%. Sementara itu, sektor yang menjadi top losers pada minggu lalu yakni IDX Non-Cyclical yang melemah -0,52% dan IDX Industrial yang melemah sebesar -0,11%.
Terkait sentimen khusus yang memengaruhi pergerakan IHSG pada minggu lalu, Angga menyebutkan ada tiga sentimen utamanya. Muai dari aliran dana asing (foreign net inflow), harga minyak, hingga data ekonomi.
Angga menegaskan, pekan lalu adalah minggu pertama dengan foreign net inflow, setelah outflow masif dalam sebulan terakhir. Asing mulai masuk lagi karena Rupiah yang terus menguat di Rp15.424,30 per USD.
"Penguatan Rupiah disebabkan US treasury yield terkoreksi cukup dalam. US treasury yield terkoreksi dalam setelah data inflasi US di bawah ekspektasi. Tanda-tanda The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga dan akan ada soft landing untuk ekonomi AS," terangnya.
Terkait sentimen harga minyak, terangnya, harga minyak kembali menguat di hari terakhir minggu lalu. Pada 17 November lalu WTI di 76,06 (+4,04%) dan Brent di 80,61 (+4,12%), meski secara weekly masih melemah -2,74%.
"Menariknya, laporan bulanan pasar minyak OPEC menunjukkan permintaan masih kuat di tengah Irak yang mendukung pemangkasan pasokan dari OPEC hingga akhir tahun," tegasnya.
Sementara itu terkait sentimen data ekonomi, ada data-data menarik terkait data ekonomi dari AS. Inflasi AS slowing down lebih cepat dibandingkan dengan konsensus pasar. Investor akan lebih percaya diri dengan kenaikan suku bunga yang sudah selesai.
Dihadapkan pada retail sales yang kuat maka dapat dianggap bahwa konsumsi secara keseluruhan membaik dengan inflasi yang mereda," jelasnya.
Data ekonomi China juga memengaruhi, di mana Industrial Production YoY Act 4,6%, Prev 4,5%, Cons 4,4% dan Retail Sales YoY Act 7,6%, Prev 5,5%, Cons 7%.
"Produksi dan retail sales China menguat, indikasi baik bagi prospek recovery ekonomi China," kata Angga.
Selanjutnya, data ekonomi Indonesia yang memengaruhi market pada minggu lalu, yakni neraca dagang Act USD3,48 miliar, Prev USD3,41B, Cons USD3B, ekspor Act -10,43%, Prev -16,27%, Cons -15,35% dan impor Act -2,42%, Prev -12,45% Cons-7,4%.
"Neraca dagang di atas ekspektasi. Faktor pendorong kenaikan ekspor yang besar, meskipun masih negatif YoY, adalah penjualan oil dan gas yang meningkat 6,63% YoY ke USD1,37 miliar," terangnya.
(YNA)