Banjir Dahsyat di Kongo Tewaskan Setidaknya 400 Orang, Lebih dari 5.000 Korban Belum Ditemukan

Banjir Dahsyat di Kongo Tewaskan Setidaknya 400 Orang, Lebih dari 5.000 Korban Belum Ditemukan

Global | BuddyKu | Rabu, 10 Mei 2023 - 10:40
share

KALEHE - Jumlah korban tewas akibat banjir di bagian timur Republik Demokratik Kongo semakin tinggi pada Selasa, (9/5/2023) ketika pekerja bantuan menemukan lebih banyak mayat di antara reruntuhan bangunan dan lumpur dan warga yang terluka meninggal akibat luka-luka mereka di klinik lokal yang kekurangan peralatan.

Banjir, di daerah pegunungan terpencil di provinsi South Kivu, menerjang desa-desa tepi sungai Nyamukubi dan Bushushu lima hari lalu, menghancurkan rumah-rumah, menghancurkan tanaman dan menewaskan lebih dari 400 orang.

Ini adalah bencana alam paling mematikan dalam sejarah Kongo baru-baru ini.

Paul Serushago, seorang penyintas, masih mencari mayat dua anggota keluarga pada Selasa, menggali dengan sekop di lumpur dan puing-puing yang mencapai separuh jalan pintu rumah mereka di Nyamukubi.

"Kami sudah mencari mereka sejak Jumat, (5/5/2023) dan kami belum menemukannya," katanya saat berisitirahat dari pekerjaan yang melelahkan.

Skala kehancuran telah menyoroti kerentanan orang terhadap perubahan iklim di banyak bagian Afrika, di mana perencanaan kota yang buruk dan infrastruktur yang lemah berarti masyarakat sering tidak dapat menahan serangan cuaca ekstrem yang meningkat.

Di Nyamukubi, seluruh lingkungan telah hancur dihantam batu-batu besar yang longsor akibat banjir, dan bau mayat tercium di udara, kata seorang wartawan Reuters di tempat kejadian. Para tunawisma berdesakan di beberapa bangunan umum yang masih berdiri utuh, dengan sanitasi yang buruk.

Palang Merah percaya bahwa lebih dari 8.000 orang membutuhkan bantuan. Upaya bantuan tertatih-tatih karena kurangnya akses dan sumber daya.

"Kami tidak dapat menangani jenazah sebanyak ini secepat yang dibutuhkan. Kami sedang mencari jenazah dengan sekop, dengan tangan," kata John Kashinzwe Kibekenge, juru bicara Palang Merah di provinsi Kivu Selatan, sebagaimana dilansir Reuters .

Lebih dari 5.500 orang masih belum ditemukan, kata administrator lokal Thomas Bakenga Zirimwabagabo.

Pejabat pemerintah membawa selimut, makanan, dan beberapa peti mati ke Nyamukubi pada Selasa. Mereka menyumbangkan uang ke klinik setempat di mana tiga orang meninggal di hari yang sama, dan masing-masing memberikan sekira USD1.100 kepada 200 keluarga yang terkena dampak.

Namun delegasi tersebut tidak mengikuti penguburan seperti yang direncanakan atau mengunjungi Bushushu, di mana jumlah korban tewas diyakini lebih banyak karena banjir melanda pada hari pasar.

Warga ketakutan. Banyak yang menangis karena kehilangan orang yang dicintai, tanaman yang diinjak-injak, dan rumah yang hancur. Beberapa meminta pemerintah untuk memindahkan mereka jauh dari zona di mana air mengalir deras dari lereng bukit yang subur, meluapkan sungai yang mengalir melewati rumah mereka.

Pekerja bantuan menempatkan orang mati di kuburan massal yang digali selama akhir pekan, menuai keluhan dari kelompok masyarakat sipil dan mendorong pemerintah menjanjikan bantuan untuk penguburan yang lebih bermartabat.

Topik Menarik