Belasan Negara Batasi Pelancong Cina, Xi Jinping Ancam Akan Membalas

Belasan Negara Batasi Pelancong Cina, Xi Jinping Ancam Akan Membalas

Global | katadata.co.id | Rabu, 4 Januari 2023 - 08:34
share

Pemerintah Cina mengutuk penerapan tes Covid-19 di beberapa negara di seluruh dunia pada pelancong dari Cina. Hal ini terjadi setelah negara tersebut mengalami ledakan Covid-19.

"Beberapa negara telah menetapkan pembatasan masuk yang hanya menargetkan pelancong Cina. Ini tidak memiliki dasar ilmiah dan beberapa praktik tidak dapat diterima," kata Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina seperti dikutip dari AFP , Rabu (4/1).

"Cina dapat "mengambil tindakan balasan, sesuai dengan prinsip timbal balik," dia memperingatkan.

Pada 7 Desember, China secara mengejutkan mencabut pembatasan Covid-19. Keputusan tersebut menyebabkan lonjakan pasien di rumah sakit dan korban covid di krematorium.

Pemerintah Cina juga tidak lagi mengkarantina orang yang datang dari luar negeri, tetapi akan terus mewajibkan tes PCR negatif untuk para pelancong.

13 Negara Batasi Pelancong Cina

Setidaknya 13 negara memberlakukan pembatasan pada pelancong dari China karena kasus Covid-19 di negara itu melonjak menyusul pelonggaran aturan "nol-Covid".

Adapun 13 negara tersebut adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, India, Kanada, Jepang , Italia, Spanyol, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, dan Maroko.

Salah satu alasan dari pembatasan tersebut adalah data dari Covid-19 di Cina yang dinilai tidak dapat diandalkan. Komisi Kesehatan Nasional Cina telah berhenti untuk menerbitkan statistik infeksi dan kematian akibat Covid-19 yang sebelumnya terbit setiap hari.

Tanggung jawab itu telah dialihkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina (CDC), yang hanya akan menerbitkan angka sebulan sekali setelah negara tersebut menurunkan protokol manajemen penyakitnya pada 8 Januari.

Negeri tirai bambu tersebut hanya melaporkan 15 kematian akibat Covid-19 sejak mulai melonggarkan pembatasan pada 7 Desember 2022. Negara itu juga mempersempit kriteria pencatatan kematian akibat virus.

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa gelombang infeksi tidak tercermin secara akurat dalam statistik resmi.

Pihak berwenang mengakui minggu lalu bahwa skala data yang dikumpulkan "jauh lebih kecil" daripada ketika tes PCR massal wajib dilakukan.

Pejabat CDC, Yin Wenwu, mengatakan pihak berwenang sekarang sedang mengumpulkan data dari survei rumah sakit, pemerintah daerah, volume panggilan darurat dan penjualan obat demam.

Sementara itu, Rumah sakit dan krematorium di Cina sedang berjuang dengan masuknya pasien dan jenazah. Hal ini dilaporkan memukul daerah pedesaan yang memiliki saran kesehatan yang lebih terbatas.

Topik Menarik