Media Inggris Ramai-ramai Kecam Film Dokumenter Harry-Meghan di Netflix

Media Inggris Ramai-ramai Kecam Film Dokumenter Harry-Meghan di Netflix

Global | koran-jakarta.com | Sabtu, 10 Desember 2022 - 08:48
share

JAKARTA - Media Inggris menyerang serial dokumenter Netflix, "Harry dan Meghan" dengan menuduh mereka berbohong. Harry dan Meghan juga dituduh telah menghina Ratu Elizabeth II.

Media Inggris, yang paling utama dikritik dalam dokumenter Netflix "Harry dan Meghan", pada Jumat (9/12) menyerang balik dengan menuduh mereka berbohong dan menghina Ratu Elizabeth II.

Sebagian besar keluarga kerajaan terselamatkan dalam penayangan tiga episode pertama serial dokumenter tersebut, yang mulai ditayangkan pada hari Kamis (8/12). Dokumenter itu lebih banyak berfokus pada kehidupan awal Harry dan kebenciannya terhadap media Inggris, yang ia salahkan atas kematian ibunya, Lady Diana.

Sang pangeran juga menuduh keluarga kerajaan telah melakukan bias rasisme secara tidak sadar. Para bangsawan pun harus bersiap-siap menghadapi episode minggu depan, dengan ancaman akan ada lebih banyak hal terungkap.

Kisah ini mendominasi halaman depan surat kabar hari Jumat (9/12) di Inggris. Sebagian besar media justru mengkritik Duke dan Duchess Sussex, gelar resmi untuk Harry dan Meghan.

Harry si Jahat" menjadi tajuk utama tabloid populer The Sun . Tabloid itu menuduh Harry dan Meghan telah "menghancurkan warisan Ratu", dan membuat ayah Harry, Raja Charles IIIdan saudaranya Pangeran William "sedih". The Sun juga menulis, pasangan itu secara tidak adil telah menodai seluruh Inggris dengan tuduhan \'rasis\' mereka.

Surat kabar tersebut mengambil satu adegan di mana Meghan melakukan penghormatan perempuan bangsawan atau "curtsey" secara melodramatik, saat pertemuannya dengan Ratu Elizabeth II untuk pertama kalinya.

"Seberapa rendah Anda bisa melakukannya?" tanya tabloid itu, dan menambahkan bahwa "ejekan Meghan yang melebih-lebihkan curtsey itu mengolok-olok para bangsawan, dan membandingkan tradisi mereka dengan rantai abad pertengahan Amerika Serikat (AS) yang norak".

\'Kebohongan\'

Daily Mail , surat kabar konservatif yang paling sering berselisih dengan pasangan itu, mengeluarkan tajuk utama bertuliskan "kemarahan istana atas \'serangan terhadap warisan Ratu\'," dan memuat liputan hampir 20 halaman.

Dalam edisi itu, seorang komentator mempermasalahkan klaim Harry dan Meghan yang mengatakan bahwa Brexit telah memicu tindakan rasisme di Inggris, yang akhirnya berkontribusi pada perpecahan keluarga kerajaan. Pasangan itu menyebutnya sebagai "distorsi yang paling menghina".

Anggota parlemen Konservatif Bob Seely mengatakan pada Kamis (8/12) malam, dia berencana mengajukan undang-undang untuk mencopot gelar kerajaan pasangan Harry dan Meghan.

"Ada masalah politik," katanya. "Selain menghancurkan keluarganya dan memonetisasi kesengsaraannya untuk konsumsi publik, mereka juga menyerang beberapa institusi penting di negara ini," tambah Seely.

Surat kabar lainnya, The Mail , juga mendedikasikan empat halamannya untuk membantah apa yang mereka sebut sebagai "fantasi dan kebohongan" pasangan Harry dan Meghan, termasuk klaim pasangan itu terhadap media yang tidak henti-hentinya memusuhi dan menceritakan kisah kencan pertama dan pertunangan mereka.

The Mail juga mengatakan bahwa acara di Netflixtelah "secara sinis mendokumentasikan" wawancara dengan media sebelumnya terhadap pasangan tersebut.

Surat kabar Daily Telegraph juga mendedikasikan halaman depan mereka untuk serial dokumenter itu, dengan mengeluarkan tajuk utama berjudul "\'hantaman langsung\' atas warisan Ratu".

Sedangkan The Times memilih untuk memuat judul yang tidak terlalu polemik, yakni "Istana dan Netflix berselisih karena sinetron Sussex", meskipun seorang komentator memohon: "Tolong hentikan Netflix, saya tidak tahan lagi dengan omong kosong egois ini."

Surat kabar sayap kiri Guardian justru lebih mendukung pasangan itu, dan berfokus pada kritik yang dikeluarkan oleh Pangeran Harry, bahwa keluarga kerajaan telah gagal melindungi Meghan dari pemberitaan yang bermuatan rasisme.

"Hanya dua bulan setelah Ratu kami meninggal, Pangeran Harry meratapi perlakuannya, Pangeran William melampiaskan kemarahannya. Sementara itu, ribuan rakyat biasa Inggris sibuk memilih antara makan atau menghangatkan diri."

Topik Menarik