Tingkat Rawat Inap Flu di AS Tembus Rekor Tertinggi Sejak 2010

Tingkat Rawat Inap Flu di AS Tembus Rekor Tertinggi Sejak 2010

Global | koran-jakarta.com | Selasa, 29 November 2022 - 17:13
share

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada Senin (28/11) melaporkan lebih dari 11.200 pasien di Amerika Serikat (AS) menjalani rawat inap akibat flu dalam sepekan terakhir. Jumlah itu menembus tingkat tertinggi pada periode yang sama sejak 2010.

p ara ahli bahkan telah menciptakan istilah "tripledemic" untuk menggambarkan bahaya yang mengkhawatirkan dari munculnya tiga infeksi berbeda secara bersamaan, yakni Covid-19, flu dan Respiratory syncytial virus (RSV), yang merupakan virus pernapasan musiman yang sangat menular dan paling sering menyerang anak-anak.

Para ahli penyakit menular juga mencatat bahwa penyakit pernapasan lainnya, seperti rhinovirus dan adenovirus, juga beredar.

CDC melaporkan terdapat sedikitnya 6,2 juta kasus penyakit flu, 53.000 pasien rawat inap, dan 2.900 kematian akibat penyakit tersebut secara nasional. Sedikitnya dua belas di antara korban meninggal merupakan anak-anak.

Pasokan Amoksisilin, sebuah antibiotik yang biasa diresepkan untuk anak-anak dengan infeksi telinga, bronkitis, dan radang tenggorokan, dilaporkan terus menyusut di seluruh AS. Tamiflu, obat antivirus yang digunakan untuk mengobati influenza, juga sulit ditemukan di beberapa bagian negara AS.

Hal ini sekaligus meningkatkan kekhawatiran akan lonjakan penyakit pernapasan membebani rumah sakit, banyak di antaranya masih belum pulih dari pandemi virus corona.

Kurangnya pasokan Amoksisilin di AS juga menyoroti, masalah pemberian resep yang berlebihan oleh dokter. CDC memperkirakan setidaknya satu dari tiga resep antibiotik di AS sebenarnya tidak diperlukan.

NYT menuturkan terkadang dokter akan meresepkan antibiotik kepada pasien dengan penyakit virus untuk membantu mencegah infeksi bakteri yang mungkin memanfaatkan sistem kekebalan pasien yang lemah atau karena khawatir infeksi bakteri yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan.

Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan juga dapat membuat efektivitas obat itu kian berkurang dari waktu ke waktu, karena bakteri yang mereka targetkan bermutasi dan mencari cara untuk bertahan hidup. "Superbug" ini dapat menimbulkan ancaman serius saat menyebar, terutama bagi orang-orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Topik Menarik