Nol-COVID Tak Efektif, Xi Jinping Dituntut Mundur dari Kursi Presiden

Nol-COVID Tak Efektif, Xi Jinping Dituntut Mundur dari Kursi Presiden

Global | koran-jakarta.com | Selasa, 29 November 2022 - 10:50
share

Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadapi amukan kemarahan publik atas strategi "nol COVID" yang akan segera memasuki tahun keempatnya.

Melansir kantor berita The Associated Press, gelombang massa turun ke jalan selama akhir pekan di kota-kota termasuk Shanghai dan Beijing, mengkritik ketatnya kebijakan nol-COVID yang diterapkan Xi, bahkan meminta sang Presiden untuk mundur. Demonstrasi ini merupakan kemarahan publik pertama kepada Xi dalam beberapa dekade.

Sebagian besar demonstran memusatkan kemarahan mereka pada pembatasan yang mengurung keluarga di rumah mereka selama berbulan-bulan. Terlebih, kebijakan nol-COVID telah dikritik karena tidak ilmiah dan tidak efektif.

Beberapa pengunjuk rasa bahkan menyebut sistem telah gagal untuk menanggapi kebutuhan mereka selama lockdown ketat diberlakukan.

Langkah nol-COVID yang diberlakukan pemerintah Tiongkok pada awalnya diterima untuk meminimalkan kematian sementara negara-negara lain menderita gelombang infeksi yang menghancurkan, tetapi konsensus itu mulai goyah dalam beberapa pekan terakhir.

AP menuturkan sementara Partai Komunis yang berkuasa mengatakan tindakan nol-COVID harus ditargetkan dan tepat, pejabat lokal diancam akan kehilangan pekerjaannya dan menghadapi hukuman apabila terjadi gelombang infeksi baru.

Alhasil, mereka menanggapi dengan memberlakukan karantina dan pembatasan lain yang menurut pengunjuk rasa melebihi apa yang diizinkan pemerintah pusat.

Musim semi ini, jutaan penduduk Shanghai ditempatkan di bawah penguncian atau lockdown ketat yang mengakibatkan penduduknya kekurangan makanan, membatasi akses ke perawatan medis, dan kesulitan ekonomi.

Tak hanya itu, pemerintah Xi juga menghadapi kemarahan setelah kematian dua anak yang orang tuanya mengatakan kebijakan nol-COVID telah menghambat upaya untuk mendapatkan perawatan medis darurat.

Protes kemudian meletus setelah kebakaran pada Kamis pekan lalu yang menewaskan sedikitnya 10 orang di sebuah gedung apartemen di kota Urumqi di barat laut, di mana beberapa warga telah dikurung di rumah mereka selama empat bulan.

Insiden itu langsung memicu luapan pertanyaan tentang apakah petugas pemadam kebakaran atau orang yang mencoba melarikan diri diblokir oleh pintu yang terkunci atau pembatasan pandemi lainnya.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia yang biasanya mendukung menyebut "nol COVID" tidak berkelanjutan. Beijing menolak pernyataannya sebagai tidak bertanggung jawab, tetapi penerimaan publik terhadap kebijakan tersebut semakin berkurang.

Xi juga dinilai telah mempolitisasi masalah tersebut sampai-sampai keluar dari kebijakan "nol COVID" dapat dilihat sebagai kehilangan reputasi dan otoritasnya.

"Nol-COVID seharusnya menunjukkan keunggulan \'model Tiongkok\', tetapi akhirnya menunjukkan risiko bahwa ketika rezim otoriter membuat kesalahan, kesalahan itu bisa menjadi sangat besar," kata Andrew Nathan, pakar politik Tiongkok di Universitas Columbia.

Topik Menarik