“Lumba-Lumba Terbang" Bantu Penyelamatan Nyawa Saat Bencana

“Lumba-Lumba Terbang" Bantu Penyelamatan Nyawa Saat Bencana

Global | koran-jakarta.com | Sabtu, 26 November 2022 - 05:01
share

Setelah bencana alam terjadi, hal pertama yang dibutuhkan regu penyelamat adalah gambaran akurat lokasi bencana dengan cepat. Makin jelas gambaran, makin baik mereka mengalokasikan sumber daya dan mengasah respons.

Satu perusahaan rintisan yang berbasis di Kota Kasugai, Prefektur Aichi, Jepang, memberikan solusi dengan sebuah sistem yang dikatakan bisa menyediakan informasi yang lebih cepat dan akurat dari yang pernah ada.

Wahana itu membubung tinggi di langit Provinsi Fukushima, dari jauh terlihat seperti burung. Namun, penemunya mempunyai gambaran hewan yang sangat berbeda. Takahide Matsuura menyebut karyanya itu sebagai Terra Dolphin.

Dalam mitologi, lumba-lumba merupakan makhluk yang menyelamatkan manusia dan Matsuura merancang wahana tak berawak jarak jauhnya untuk menyelamatkan nyawa saat terjadi bencana.

Mesin itu merupakan produk terbaru peralatan untuk merespons bencana yang dikembangkan oleh perusahaan Matsuura, Terra Labo. Terra Dolphin didesain untuk terbang di atas zona bencana, memetakan medan dengan sebuah kamera dan laser. Membandingkan hasilnya dengan data topografis sebelum terjadinya bencana, mereka bisa melihat persis kerusakan yang terjadi.

Sejauh ini, otoritas baru membolehkan beberapa Terra Dolphin melakukan tes terbang di atas wilayah yang sangat terbatas. Namun, Matsuura telah mulai mengoperasikan sebuah sistem pengamatan yang suatu hari akan melibatkan wahana baru.

Saat bencana alam terjadi di Jepang, Matsuura dan timnya bergegas ke lokasi itu dan memetakan wilayah tersebut menggunakan wahana tak berawak konvensional serta pesawat layang. Ia berharap saat Terra Dolphin tersedia, sistem tersebut akan ditingkatkan dalam hal kecepatan, akurasi, dan ragam informasi yang dikumpulkan.

"Terdapat daerah luas yang satelit tidak dapat menangkap seluruh detailnya atau daerah yang wahana tak berawak dengan banyak baling-baling tidak dapat menjangkaunya," kata Matsuura. "Ide kami adalah untuk mengatasi masalah ini dengan Terra Dolphin," imbuh dia.

Tahun lalu Matsuura menyiapkan sebuah lokasi penelitian dan pengembangan untuk perusahaannya di Kota Minamisoma. Pejabat kota itu ingin menjadikannya sebagai taman teknologi.

"Dalam situasi darurat, anggota satuan tugas pemerintah setempat bertemu secara reguler untuk mengambil keputusan," kata Matsuura. "Kami berharap informasi yang disediakan oleh sistem kami bisa membantu mereka mengambil keputusan yang terbaik," imbuh dia.

Informasi Teknologi Digital

Saat banyak kota lain di Jepang belum sepenuhnya beradaptasi dengan teknologi digital, para pejabat di Kota Minamisoma telah siap merangkul proyek Matsuura. Pengalaman saat gempa dan tsunami 2011 mengajarkan mereka betapa pentingnya informasi seperti ini.

Mereka telah bekerja sama dengan Terra Labo, sehingga mereka bisa menggunakan sistem perusahaan itu seefektif mungkin saat terjadi bencana. Dalam rapat baru-baru ini antara staf Terra Labo dengan pejabat kota, topiknya berganti menjadi pencitraan inframerah.

"Anda bisa melihat buldoser itu memiliki temperatur yang tinggi karena mesinnya menyala," kata Matsuura, menunjuk ke sebuah foto yang diambil Terra Labo setelah terjadi banjir baru-baru ini di Jepang utara. "Wilayah sekeliling bangunan juga lebih panas, tetapi wilayah yang dilanda banjir tentu saja lebih dingin. Kami menyadari dengan foto semacam ini, kami dapat mengerti apa yang terjadi di wilayah yang dilanda banjir," papar dia.

"Jadi, jika ada seseorang yang mengungsi ke atap rumah saat gelap, teknologi ini bisa mengetahuinya," jelas pejabat Kota Minamisoma bernama Ando Masataro.

"Sebelas tahun lalu, kota kami mengalami sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya, sesuatu yang tempat lain belum pernah mengalaminya," kata Ando. "Harapannya kami bisa mengkombinasikan pelajaran yang kami dapat dari kejadian itu dengan teknologi terbaru untuk meminimalisasi jumlah korban dalam bencana lainnya," imbuh dia.

Matsuura dan timnya telah melakukan penerbangan untuk pengamatan secara rutin di atas Minamisoma dengan menggunakan pesawat layang berawak sebagai bagian dari eksperimen lanjutan. Pesawat layang itu dilengkapi dengan alat pengamatan yang pada akhirnya akan dipasang di Terra Dolphin milik perusahaan itu.

"Saya yakin Minamisoma akan menjadi tempat kelahiran sesuatu yang baru," ucap Matsuura. "Inovasi cenderung melahirkan teknologi. Namun, inti dari inovasi tetap pada hubungan antara orang-orang. Tujuan terdekat saya adalah membuat proyek Fukushima ini sebagai studi kasus pelopor. Saya berharap memperluas apa yang kami lakukan tidak hanya di seluruh Jepang, tetapi juga seluruh Asia," imbuh dia.

Jika semua berjalan sesuai rencana, sistem bencana Terra Dolphin akan secara resmi mengudara paling cepat pada 2025. NHK/I-1