WHO: Cacar Monyet Masih Darurat Kesehatan Global

WHO: Cacar Monyet Masih Darurat Kesehatan Global

Berita Utama | koran-jakarta.com | Kamis, 3 November 2022 - 01:30
share

JENEWA - Komite DaruratOrganisasi Kesehatan Dunia atauWorld Health Organization (WHO) pada Selasa (1/11) mengatakan penyakit cacar monyet tetap berklasifikasi sebagai darurat kesehatan global.

"Menyusul pertemuan pada 20 Oktober tentang virus yang tiba-tiba mulai menyebar ke seluruh dunia pada Mei, para ahli berpandangan konsensus bahwa peristiwa tersebut tetap memenuhi kriteria untuk darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," kata WHO dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Straits Times .

Badan kesehatan PBB ini pada 23 Juli pertama kali mengumumkan apa yang disebut kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia ( public health emergency of international concern /PHEIC), tingkat alarm tertingginya, dan para ahli mengatakan bahwa sementara beberapa kemajuan telah dibuat dalam mengendalikan penyakit ini, terlalu dini untuk menyatakan keadaan darurat berakhir.

"Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menerima dan menyetujui saran para ahli," kata pernyataan itu.

Sejak cacar monyet tiba-tiba mulai menyebar di luar negara-negara Afrika Barat di mana telah lama menjadi endemik enam bulan lalu,menurut hitungan WHOpenyakit itu telah menewaskan 36 orang dari lebih dari 77.000 kasus di 109 negara.

Wabah di luar Afrika Barat terutama mempengaruhipriamuda yang melakukan hubungan seks dengan sesama jenis. Tetapi sejak mencapai puncaknya pada Juli, jumlah orang yang terinfeksi penyakit yang menyebabkan demam, nyeri otot dan lesi kulit seperti bisul besar, telah secara konsisten turun, terutama di Eropa dan Amerika Utara, daerah yang paling parah terkena dampak pada tahap awal global. kejadian luar biasa.

"Jumlah kasus global baru turun 41 persen dalam tujuh hari hingga Senin dibandingkan dengan minggu sebelumnya," kata WHO.

Tetapi, komite darurat WHO menekankan bahwa ada sejumlah penyebab kekhawatiran yang tersisa.

Mereka mencatat penularan yang sedang berlangsung di beberapa wilayah, kesiapsiagaan dan ketidaksetaraan respons yang berkelanjutan di dalam dan antar negara, dan potensi dampak kesehatan yang lebih besar jika virus mulai menyebar lebih banyak di antara populasi yang lebih rentan.

Mereka juga menunjuk pada risiko stigma dan diskriminasi yang terus berlanjut, sistem kesehatan yang lemah di beberapa negara berkembang yang menyebabkan pelaporan yang kurang dan kurangnya akses yang adil ke diagnostik, antivirus, dan vaksin.

Topik Menarik