Krisis di Depan Mata, OPEC+ Resmi Pangkas Produksi Harian Minyak 2 Juta Barel

Krisis di Depan Mata, OPEC+ Resmi Pangkas Produksi Harian Minyak 2 Juta Barel

Global | koran-jakarta.com | Jum'at, 7 Oktober 2022 - 09:00
share

Kelompok produsen minyak mentah dunia, OPEC+ pada Rabu (5/10) memutuskan untuk memangkas produksi harian sebesar 2 juta barel demi mengimbangi ketidakpastian ekonomi dan pasar minyak dunia.

Angka itu menjadi pemangkasan terbesar aliansi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia itu sejak 2020, sekaligus berpotensi menerbangkan harga minyak dunia. Pasalnya, harga minyak mentah sejak Juni lalu cenderung lebih rendah di tengah kekhawatiran atas perlambatan global.

Pada sisi lain, Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais membela keputusan OPECT+, dengan mengatakan bahwa aliansi itu berusaha untuk memberikan keamanan dan stabilitas ke pasar energi.

Kepala Penelitian Energi di Goldman Sachs Damien Courvalin menuturkan kekhawatiran tersebut telah membebani harga minyak mentah. Pengurangan produksi dan permintaan musim dingin disebut Damien akan membuat persediaan minyak akan terus turun, yang pada akhirnya mendorong Badan Energi Internasional (IEA) untuk mengkoordinasikan pelepasan cadangan.

"Semua perkembangan yang kami lihat di sisi penawaran pada titik ini sangat menentukan apa yang kami yakini akan menjadi harga yang lebih tinggi hingga akhir tahun ini," ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg .

Goldman Sachs Group Inc. sendiri telah menaikkan proyeksi harga minyak Brent menjadi 110 dolar AS per barel.

Merespon pengurangan produksi OPEC+, Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden "kecewa dengan keputusan picik OPEC+ untuk memotong kuota produksi sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi ke Ukraina."

Atas keputusan itu, Biden disebut telah mengarahkan Departemen Energi AS untuk melepaskan 10 juta barel lagi dari cadangan minyak strategis bulan depan.

"Mengingat tindakan hari ini, Administrasi Biden juga akan berkonsultasi dengan Kongres tentang alat dan otoritas tambahan untuk mengurangi kendali OPEC atas harga energi," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Sebagai informasi, kurangnya produksi minyak mentah dunia terjadi karena sanksi Barat terhadap negara-negara seperti Rusia, Venezuela dan Iran, yang juga diperparah dengan masalah produksi yang dihadapi sejumlah produsen seperti Nigeria dan Angola.

Barat sendiri menuduh Rusia memanfaatkan sumber energinya sebagai senjata untuk menekan Barat dengan membatasi produksi dan distribusinya ke Eropa, membuat harga gas melonjak dan mendesak AS dan benua biru untuk mencari alternatif. Sementara Moskow menuduh Barat sengaja mempersenjatai dolar dan sistem keuangan seperti mekanisme pembayaran internasional SWIFT sebagai pembalasan atas pengiriman pasukan Rusia ke Ukraina pada Februari.

Topik Menarik