ADB Siapkan Dana US$14 Miliar untuk Meredakan Krisis Pangan

ADB Siapkan Dana US$14 Miliar untuk Meredakan Krisis Pangan

Global | koran-jakarta.com | Kamis, 29 September 2022 - 00:03
share

MANILA - Bank Pembangunan Asia (ADB) berencana untuk menyediakan setidaknya 14 miliar dollar AS selama 2022-2025 dalam program dukungan komprehensif. Kebijakan ini dilakukan untuk meredakan krisis pangan di Asia dan Pasifik.

"Tanggapan kami akan komprehensif, dengan fokus pada aspek ketahanan pangan jangka pendek dan jangka panjang," kata Presiden ADB, Masatsugu Asakawa, dalam jumpa pers, di Manila, Selasa (27/9).

Seperti dikutip dari Antara , Asakawa mengatakan bantuan ADB di bawah program tersebut dimulai tahun ini, dan akan diambil dari seluruh operasi sektor swasta dan pemerintah pemberi pinjaman.

Mengganggu Pasokan

Invasi Russia ke Ukraina telah memicu krisis pangan global karena konflik tersebut telah mengganggu pasokan bahan makanan pokok, pupuk, membebani sistem pangan global yang sudah melemah akibat dampak perubahan iklim. Russia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi militer khusus.

"Ini adalah tanggapan yang tepat waktu dan sangat dibutuhkan terhadap krisis yang membuat terlalu banyak keluarga miskin di Asia kelaparan dan berada dalam kemiskinan yang lebih dalam," kata Asakawa dalam sambutan terpisah pada pertemuan tahunan ke-55 ADB.

Sebelumnya, ADB menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang Asia dan Pasifik menjadi 4,3 persen tahun ini, di tengah meningkatnya tantangan yang melanda kawasan itu, menurut laporan prospek yang dirilis pada Rabu.

Asian Development Outlook 2022 yang diperbarui memproyeksikan ekonomi kawasan tumbuh sebesar 4,9 persen pada 2023, dibandingkan dengan proyeksi bank pada April sebesar 5,3 persen.

Laporan itu mengatakan belanja konsumen dan investasi domestik mendorong pertumbuhan karena ekonomi di kawasan itu terus pulih dari pandemi, sebagian berkat dorongan vaksinasi dan penurunan kematian akibat Covid-19.

Namun, ia menambahkan konflik Russia-Ukraina yang berkelanjutan telah meningkatkan ketidakpastian global, memperburuk gangguan pasokan, serta pasar energi dan makanan yang tidak menentu. Pengetatan moneter yang lebih agresif oleh Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa (ECB) melemahkan permintaan global dan mengguncang pasar keuangan.

"Negara-negara berkembang Asia terus pulih, tetapi risiko tampak besar," kata Kepala Ekonom ADB, Albert Park, mendesak pemerintah di negara berkembang Asia untuk tetap waspada terhadap risiko ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menahan inflasi tanpa menggagalkan pertumbuhan.

ADB juga menaikkan perkiraan inflasi di negara berkembang Asia tahun ini menjadi 4,5 persen dari proyeksi sebelumnya 3,7 persen. Perkiraan inflasi untuk tahun depan adalah 4,0 persen, naik dari 3,1 persen.

Topik Menarik