Ekonomi Dunia pada 2023 Bakal Terpukul Lebih Parah

Ekonomi Dunia pada 2023 Bakal Terpukul Lebih Parah

Global | koran-jakarta.com | Selasa, 27 September 2022 - 00:03
share

PARIS - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam laporannya, Senin (26/9), mengatakan ekonomi dunia pada 2023 mendatang bakal terpukul lebih parah dari perkiraan sebelumnya karena efek perang Russia dan Ukraina.

Dalam laporan berjudul "membayar harga perang", organisasi yang berbasis di Paris itu mencatat kalau konflik memperburuk tekanan inflasi ketika biaya hidup sudah meningkat dengan cepat.

Menurut OECD, wabah Covid-19 masih berdampak pada ekonomi global sementara pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga karena bank sentral berjuang untuk mendinginkan harga yang panas. "Sejumlah indikator telah berubah menjadi lebih buruk, dan prospek pertumbuhan global telah menjadi gelap," sebut laporan OECD.

"Pertumbuhan global terhenti pada kuartal kedua tahun ini dan data di banyak negara sekarang menunjukkan periode pertumbuhan yang lemah," lanjut laporan itu.

Organisasi itu memangkas perkiraan pertumbuhan 2023 untuk ekonomi global menjadi 2,2 persen, turun dari 2,8 persen dalam perkiraan sebelumnya pada Juni.

Resesi Jerman

Prospek untuk hampir semua negara anggota kelompok G-20 dipangkas, kecuali Turki, Indonesia dan Inggris, meskipun yang terakhir diperkirakan memiliki pertumbuhan nol.

Pertumbuhan Amerika Serikat (AS) sebagai ekonomi terbesar dunia diperkirakan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023. Sedangkan ekonomi terbesar kedua dunia Tiongkok dipangkas tajam tahun ini menjadi 3,2 persen karena penguncian ketat Covid-19. Pada 2023 sedikit lebih rendah menjadi 4,7 persen.

Jerman sendiri sekarang diperkirakan akan masuk ke dalam resesi tahun depan karena ekonomi terbesar Eropa itu, saat ini ekonominya menyusut 0,7 persen atau turun 2,4 persen dari perkiraan sebelumnya.

Ekonomi Jerman telah terpukul paling keras di Eropa karena sangat bergantung pada pasokan gas alam Russia, yang pengirimannya telah dipangkas signifikan oleh pihak Moskwa sebagai pembalasan terhadap sanksi Barat.

Secara keseluruhan, zona euro akan mencatat pertumbuhan rendah sebesar 0,3 persen, menurun tajam dari 1,6 persen. OECD mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 2022 tidak berubah pada tiga persen setelah sebelumnya menurunkannya.

Untuk menyoroti dampak invasi Russia ke Ukraina, OECD mengatakan output global pada 2023 sekarang diproyeksikan menjadi 2,8 triliun dollar AS lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebelum konflik pada Desember 2021.

Disebutkan, perang telah membuat harga energi dan pangan melonjak karena kekhawatiran tentang pasokan karena Russia adalah produsen minyak dan gas utama, sementara Ukraina adalah pengekspor utama biji-bijian ke negara-negara di seluruh dunia.

Inflasi telah meningkat sebelum konflik karena kemacetan dalam rantai pasokan global setelah negara-negara keluar dari penguncian Covid-19. "Dampak perang dan dampak berkelanjutan dari wabah Covid-19 di beberapa bagian dunia telah menghambat pertumbuhan dan memberikan tekanan tambahan pada harga," sebut OECD.

Topik Menarik