Demo Anti Perang Berujung Rusuh, 100 Orang di Ditangkap Polisi Rusia

Demo Anti Perang Berujung Rusuh, 100 Orang di Ditangkap Polisi Rusia

Global | koran-jakarta.com | Senin, 26 September 2022 - 10:23
share

Sedikitnya 100 orang ditahan ketika melangsungkan protes di wilayah selatan Rusia, Dagestan, menentang perintah Presiden Vladimir Putin untuk mengirim ratusan ribu orang lagi untuk berperang di Ukraina.

Aksi protes pecah di puluhan kota di seluruh Rusia setelah Putin mengumumkan mobilisasi militer pertama Rusia sejak Perang Dunia Kedua. Kemarahan publik bahkan dilaporkan sangat kuat di wilayah etnis minoritas yang miskin seperti Dagestan, yang merupakan wilayah mayoritas Muslim yang terletak di tepi Laut Kaspia di pegunungan Kaukasus utara.

Mengutip Reuters, kelompok pemantau protes independen (OVD) melaporkan setidaknya 100 orang ditahan di ibu kota regional Makhachkala. Puluhan video yang diposting di media sosial menunjukkan konfrontasi dengan polisi ketika para pengunjuk rasa berteriak "tidak untuk perang!"

Salah satu video turut menunjukkan sekelompok wanita mengejar seorang petugas polisi, sementara beberapa klip menunjukkan bentrokan pengunjuk rasa dengan aparat yang disertai kekerasan.

Namun, Reuters tidak dapat memverifikasi rekaman itu, yang dibagikan secara luas di media sosial Rusia dan oleh media independen.

OVD mengatakan prihatin dengan rekaman "penahanan dengan kekerasan" yang muncul dari Makhachkala.

Sebelumnya pada protes hari Minggu (25/9), polisi melepaskan tembakan ke udara setelah puluhan pengunjuk rasa di sebuah desa di Dagestan yang memblokir jalan utama sebagai protes terhadap pejabat yang dilaporkan memanggil lebih dari 100 pria dari desa ber-populasi 8.000, untuk dinas militer.

BBC Rusia melaporkan banyak korban manusia selama perang di Ukraina berasal dari Dagestan. Setidaknya 301 tentara dari Dagestan telah tewas, menjadikannya wilayah dengan jumlah korban jiwa tertinggi, bahkan 10 kali lebih banyak dari jumlah kematian tentara asal Moskow, yang memiliki populasi lima kali lebih besar.

Kementerian pertahanan, yang mengatakan pada hari Rabu bahwa hampir 6.000 tentara Rusia telah tewas sejak 24 Februari.

Topik Menarik