Dubes RI Di Swiss: Setiap Tahun, 15-20 Orang Tenggelam Di Sungai Aare

Dubes RI Di Swiss: Setiap Tahun, 15-20 Orang Tenggelam Di Sungai Aare

Global | rm.id | Sabtu, 28 Mei 2022 - 20:33
share

Sungai Aare di Bern, Swiss yang menjadi lokasi hilangnya putra pertama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil: Emmeril Kahn Mumtadz, ternyata memiliki catatan korban tenggelam yang cukup banyak. Sekitar 15-20 kasus per tahun.

Hal ini diungkap Duta Besar (Dubes) RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad dalam konferensi pers virtual tentang perkembangan terkini upaya pencarian Emmeril yang akrab disapa Eril, Sabtu (28/5).

"Jadi, ada 15-20 kasus per tahun. Kenapa banyak? Karena ini adalah tempat orang berenang. Yang berenang, bukan hanya anak-anak sekolah. Tetapi juga balita danlansia. Bahkan, orang dengan hewan peliharaannya," kata Dubes Muliaman.

Menurutnya, pemerintah setempat sudah berupaya menekan kasus tenggelam, dengan menempatkan sejumlah rambu peringatan.

"Apakah ada warning (peringatan, Red )? Saya saksikan di lokasi, ada warning rambu, tanda. Setiap saat, kita juga bisa mengecek website pengelola sungai, untuk mengetahui kondisi arus dan suhu air," bebernya.

Dubes Muliaman menjelaskan, saat kejadian, sungai Aare memiliki tingkat kekeruhan yang lebih tinggi, dibanding situasi optimal yang cenderung berwarna biru bening. Suhunya, 16 derajat Celcius. Kondisi ini cukup menyulitkan pencarian.

Mengenai kemungkinan Eril mengalami hipotermia atau suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35 derajat Celcius karena terpapar suhu udara atau air dingin yang ekstrem, Dubes Muliaman tak mau berspekulasi.

"Itu nanti ditentukan oleh ahli kesehatan. Saat ini, kita masih menunggu perkembangan lebih lanjut," ujar Dubes Muliaman.

Kondisi air di Sungai Aaree, lanjutnya, selalu dalam situasi yang relatif konstan. Mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Bersumberdari melelehnya salju di atas gunung karena musim panas. Sehingga, menjadi sumber mata air yang besar.

"Tidak ada rekayasa arus. Secara konsisten, arus sungai akan seperti itu. Perbedaan mungkin terjadi, dari hari ke hari, tergantung pada bagaimana di awalnya. Apakah ada tambahan hujan, atau fenomena alam lainnya yang mempengaruhi debit air, yang meluncur menuju dataran yang lebih rendah," papar Dubes Muliaman.

"Saya kira tak ada hal-halyang spesial. Semua sudah dipelajari, dari tahun ke tahun. Arus Sungai Aare memang agak deras. Tapi, inilah yang menjadi daya tarik wisatawan. Anak-anak muda yang biasanya loncat dari jembatan tinggi, sangat senang dengan arus yang deras. Ini menjadi suatu fenomena, yang kemudian dimanfaatkan menjadi tempat wisata. Banyak diminati turis lokal dan mancanegara," tandasnya.

Topik Menarik