Jokowi: Nggak Semua Negara Berduit, Dunia Harus Pikirkan Mekanisme Pembiayaan Kesehatan Baru

Jokowi: Nggak Semua Negara Berduit, Dunia Harus Pikirkan Mekanisme Pembiayaan Kesehatan Baru

Global | rm.id | Jum'at, 13 Mei 2022 - 08:54
share

Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi dunia. Ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan dunia terhadap pandemi, ternyata tidak cukup kuat.

Akibatnya, harga yang harus dibayar sangatlah mahal. Jutaan orang kehilangan nyawa. Perekonomian dunia terpuruk.

Oleh karena itu, saat berpidato secara virtual pada Global Covid-19 Summit yang digelar di Washington DC, Amerika Serikat, pada Kamis, 12 Mei 2022,

Dengan alasan tersebut, Presiden Jokowi mendorong semua negara untuk bekerja sama mengatasi pandemi. Serta membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat.

Dalam mengatasi pandemi, percepatan vaksinasi harus dilakukan untuk menjangkau 70 persen penduduk, di setiap negara. Momentum turunnya jumlah kasus saat ini, harus dimanfaatkan untuk meluncurkan pukulan terakhir terhadap Covid-19," papar Jokowi dalam pidato virtual yang disampaikan dalam acara Global Covid-19 Summit di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Kamis (12/5).

"Vaksin harus secepatnya menjadi vaksinasi. Kolaborasi kita harus menjembatani tantangan vaksinasi, mulai dari pembiayaan, logistik, dan sumber daya manusia, imbuhnya.

Presiden Jokowi menjelaskan, adatiga hal yang diperlukan untuk membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat.

Pertama, akses kesehatan yang inklusif. Menurutnya, seluruh masyarakat, tanpa terkecuali harus memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar.

"Infrastruktur kesehatan dasar harus memadai dan siap menghadapi pandemi. Di tingkat global, setiap negara besar maupun kecil, kaya maupun miskin, harus memiliki akses yang setara terhadap solusi kesehatan, tegas Jokowi.

Kedua, akses pembiayaan yang memadai. Terkait hal itu, Jokowi mendorong perlunya mekanisme pembiayaan kesehatan baru, yang melibatkan negara donor dan bank pembiayaan multilateral. Mengingat tidak semua negara memiliki sumber daya, untuk memperbaiki infrastruktur kesehatannya.

Dukungan pembiayaan kesehatan harus dilihat sebagai sebuah investasi, dan tanggung jawab bersama mencegah pandemi, lanjutnya.

Ketiga, pemberdayaan. Presiden Jokowi memandang bahwa kapasitas kolektif harus diupayakan. Kerja sama antar negara menjadi kuncinya.

Jokowi bilang, kerja sama riset, kerja sama transfer teknologi, dan akses ke bahan mentah harus diperkuat.

Tidak boleh ada monopoli rantai pasok industri kesehatan. Diversifikasi pusat produksi obat, vaksin, alat diagnostik dan terapeutik harus dilakukan. Dengan kapasitasnya, Indonesia siap menjadi hub produksi dan distribusi vaksin di kawasan, tegasnya.

Di akhir pidatonya, Jokowi menekankan, Presidensi Indonesia di G20 memberikan perhatian besar terhadap kerja sama kesehatan secara inklusif.

Untuk itu, diperlukan peran dan keterlibatan semua negara, serta penguatan peran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan multilateralisme.

Tidak boleh ada yang tertinggal dalam upaya kita membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat. Recover together , recover stronger , tutupnya. [HES]

Topik Menarik