
Puji Upaya Guterres, DK PBB Kompak Satu Suara Dukung Perdamaian di Ukraina
REPUBLIKA.CO.ID., WASHINGTON -- Dewan Keamanan PBB berbicara untuk pertama kalinya dalam satu suara tentang Ukraina sejak Rusia memulai perangnya lebih dari dua bulan lalu, dan menyuarakan dukungan pada Jumat untuk upaya Sekretaris Jenderal Antonio Guterres dalam menengahi perdamaian.
Dewan menyatakan "keprihatinan mendalam mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan Ukraina," dan mengingatkan bahwa "semua Negara Anggota telah melakukan, di bawah Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, kewajiban untuk menyelesaikan perselisihan internasional mereka dengan cara damai."
"Dewan Keamanan menyatakan dukungan kuat untuk upaya Sekretaris Jenderal dalam mencari solusi damai," kata dewan itu dalam sebuah pernyataan.
"Dewan Keamanan meminta Sekretaris Jenderal untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan pada waktunya setelah adopsi pernyataan ini."
Pernyataan bersama itu muncul pada hari keenam masa kepresidenan dewan selama sebulan di AS. Tidak jelas apakah itu akan menjadi konsensus yang lebih besar di badan tersebut, yang telah sangat retak setelah Kremlin memulai perangnya pada 26 Februari.
Rusia secara khusus memveto rancangan resolusi dewan pada bulan Februari yang menuntut Moskow segera mengakhiri serangannya, dan menarik semua pasukan. Teks tersebut mendapat dukungan dari 11 dari 15 negara anggota majelis tersebut.
Baca Juga :
Takut Perang, Sekjen PBB Minta Putin Tidak Tambah Pasukan buat Lawan Ukraina
Guterres, pada bagiannya, mencatat pentingnya kebulatan suara dewan, menekankan "dunia harus bersatu untuk membungkam senjata dan menegakkan nilai-nilai Piagam PBB."
"Saya menyambut baik dukungan ini dan akan terus berusaha untuk menyelamatkan nyawa, mengurangi penderitaan dan menemukan jalan perdamaian," kataGuterresdalam pernyataan terpisah.
Setidaknya 3.309 warga sipil telah tewas dan 3.493 lainnya terluka di Ukraina sejak Rusia melancarkan perang di negara itu pada 24 Februari, menurut perkiraan PBB. Jumlah korban sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi.
Lebih dari 5,7 juta orang telah melarikan diri ke negara lain, dan sekitar 7,7 juta orang mengungsi, menurut data dari badan pengungsi PBB.
Topik Menarik

AS Khawatirkan Penemuan Kasus Cacar Mony...
global | republika Minggu, 22 Mei 2022 - 17:45

Mengagetkan Informasi Terbaru Ini, Milit...
global | koran-jakarta.com Minggu, 22 Mei 2022 - 07:15

Biden: Penyebaran Cacar Monyet Mengkhawa...
global | republika Minggu, 22 Mei 2022 - 22:15

WHO Sampaikan Kabar Buruk soal Cacar Mon...
global | genpi.co Minggu, 22 Mei 2022 - 02:35

Dengan Rudal Jelajah Kalbr, Militer Rusi...
global | koran-jakarta.com Minggu, 22 Mei 2022 - 16:00

Analis Swedia: Turki tak akan Rugi denga...
global | republika Minggu, 22 Mei 2022 - 23:05

Hampir Seribu Orang Amerika Dilarang Mas...
global | republika Minggu, 22 Mei 2022 - 14:55
