Mengenal Ramzan Kadyrov, Pemimpin Chechnya Pendukung Putin Serang Ukraina

Mengenal Ramzan Kadyrov, Pemimpin Chechnya Pendukung Putin Serang Ukraina

Global | okezone | Jum'at, 22 April 2022 - 03:16
share

RAMZAN Kadyrov, pemimpin wilayah Chechnya sekaligus sekutu Presiden Vladimir Putin, menyebut pasukan Rusia akan sepenuhnya mengambil alih pabrik baja Azovstal.

Tempat itu merupakan basis pasukan Ukraina yang berupaya keras mempertahankan kota pelabuhan Mariupol di Ukraina selatan.

"Hari ini, dengan bantuan Yang Maha Kuasa, kami akan mengambil alih Azovstal sepenuhnya", kata Kadyrov dalam pesan audio di saluran Telegram miliknya, seperti dikutip kantor beritaReuterspada Selasa (19/4).

Rusia sudah meminta tentara Ukraina dan pasukan asing yang bersembunyi di pabrik Azovstal untuk meletakkan senjata, "jika ingin hidup".

Siapa Ramzan Kadyrov?

Milisi Chechnya pada suatu ketika menembakkan senjata ke segala arah. Pada saat yang sama tahanan Ukraina berlutut dengan tatapan kosong. Beberapa jenazah tahanan terlihat diseret.

Peristiwa itu dibanggakan Kadyrov, sebagai bukti perjuangan anak buahnya di Ukraina demi Rusia. Dia mengunggah rekaman itu di akun media sosialnya, seperti yang dikabarkan kantor beritaAFP.

Kadyrovtsy adalah milisi Chechnya "dengan reputasi jahat". Mereka dikerahkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia di Ukraina.

Publik Ukraina menyebut orang-orang Chechnya termasuk di antara pasukan invasi Rusia "yang paling brutal".

Ramzan Kadyrov, pemimpin milisi itu, dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, antara lain penyiksaan dan eksekusi mati. Namun dia secara bangga mengunggah video pertempuran anak buahnya di Ukraina ke Telegram.

Kadyrov membuat klaim bahwa anak buahnya memerangi "Nazi Kyiv". Ini adalah narasi yang sama dengan yang dibuat pemerintah Rusia.

Kadyrov adalah putra seorang pemimpin kemerdekaan Chechnya, Akhmad Kadyrov, yang beralih dan bergabung dengan Rusia. Dia merupakan anak didik Vladimir Putin.

Dia selama ini dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Republik Chechnya yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Kadyrov menyambut baik invasi Putin ke Ukraina. Tak lama setelah pasukan Rusia berangkat ke Ukraina, dia mengatakan akan segera mengirim milisi untuk menyokong invasi.

Otokrat berusia 45 tahun itu sempat menyatakan akan melakukan perjalanan ke Mariupol, kota pelabuhan Ukraina yang terkepung dan mengalami kehancuran parah sejak invasi Rusia.

Kadyrov mengunggah foto dirinya berpose dengan sekitar 30 pria. Dia berkata bahwa foto itu diabadikan di Mariupol.

Kadyrov juga mengeklaim telah menemukan dan "menghukum" dengan tangannya sendiri seorang tentara Ukraina yang menyiksa seorang Rusia.

Para anak buah Kadyrov sering membanggakan diri karena telah "menghabisi" tentara Ukraina yang terluka.

Kebrutalan seperti itu sesuai dengan reputasi yang diperoleh Kadyrovtsy dalam konflik yang melibatkan Rusia sebelumnya. Mereka terlibat dalam konflik-konflik sebelumnya, baik di Chechnya, di Ukraina pada 2014 dan juga di Suriah.

Aurelie Campana, pakar kekerasan politik dan Rusia di Universitas Laval di Kanada, menyebut pengerahan Kadyrovtsy adalah bagian dari "perang psikologis" Moskow di Ukraina.

"Mengumumkan masuknya pasukan Kadyrov ke dalam perang dan propaganda yang mengelilinginya adalah bagian dari upaya untuk mengacaukan musuh," kata Campana.

\'Menumbuhkan ketakutan\'

"Mereka dikenal karena kekejamannya," kata Campana dalam sebuah analisis di situsThe Conversation.

"Melibatkan pasukan Chechnya bertujuan untuk memicu ketakutan masyarakat Ukraina," tuturnya.

Pada awal perang, desas-desus menyebar bahwa Putin mengirim orang-orang Chechnya untuk membunuh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Kadyrov juga telah bersumpah bahwa Zelensky akan segera menjadi "mantan presiden Ukraina".

Zelensky kemudian menjadi simbol perlawanan Ukraina. Dia menentang invasi Putin dengan rutin tampil di media sosial, meraih popularitas global dan juga mengolok-olok Kadyrovtsy.

Topik Menarik