Dubes Ukraina Yakin Rusia Tidak Akan Gunakan Senjata Nuklir

Dubes Ukraina Yakin Rusia Tidak Akan Gunakan Senjata Nuklir

Global | sindonews | Rabu, 9 Maret 2022 - 12:25
share

JAKARTA - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan bahwa perang antara Rusia-Ukraina ini bukan hanya melibatkan Ukraina saja, tapi juga Eropa dan dunia. Skala invasi ini sangat terduga di abad ke-21, dan setelah perang ini, dunia, menurut Vasyl, tak akan lagi sama. Hal ini karena Rusia sebagai agresor adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Kendati demikian, dia membeberkan tiga alasan mengapa Ukraina meyakini bahwa Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklirnya.

Baca: Dubes Vasyl: Kami Berjuang untuk Peradaban, Ukraina adalah Baja!

"Pertama, jujur saja, jika Anda mau memprediksi atau mengantisipasi tindakan Putin si "madman", tidak bisa, karena dia tidak bertindak dengan logika. Dia tidak bisa diprediksi, tapi mau segila apapun Putin, dia tidak mau mati," ujar Vasyl dalam wawancara eksklusif dengan MNC Portal Indonesia di Jakarta, Senin (7/3/2022).

Dia menyampaikan bahwa Putin saat ini sedang bersembunyi dan menjauhkan dirinya, dan kalau nuklir ini diluncurkan, masih ada kemungkinan Putin akan mati.

"Kedua, tidak semudah itu untuk menekan "tombol merah", dan saya tebak, saya memiliki laporan dan juga rumor dari Rusia, mereka sendiri tidak mau mati. Jadi, untuk menekan tombol itu, butuh banyak orang, dan beberapa orang harus menekan tombol itu bersamaan, jadi jika satu link di rantai ini tidak berfungsi, maka yang lain juga tidak akan berfungsi," ungkapnya.

Baca: Zelensky Desak Barat Akui Rusia sebagai Negara Teroris

Vasyl menyatakan, bahwa apa yang dikejar Rusia bukanlah kekuasaan atau seberapa besarnya kuasa Rusia, tetapi ini semua soal uang. Ini berbeda dengan masa Uni Soviet di mana kuasa menjadi fokusnya, karena di masa itu tidak ada yang peduli soal uang karena semua orang miskin. Sekarang, semuanya berbeda, apa yang dikejar semua tentang miliaran hingga triliunan uang, Ferrari, dan mereka tidak mau mati dan terisolasi.

"Kalau mereka menyerang, semuanya akan berakhir. Saya yakin mereka tidak mau karena masih ada hal-hal yang mereka ingin kejar di luar Rusia," ungkapnya.

Alasan ketiga, mayoritas dari senjata nuklir Rusia diproduksi di era tahun 1960-1970an, dan mereka semua diproduksi di Ukraina. Dia mengingatkan terkait apa yang terjadi dengan senjata-senjata ini ketika usianya sudah tua, sekitar 50-60 tahun.

Baca: Moskow Dihujani Sanksi, Ribuan Turis Rusia Terjebak di Thailand

"Selama 30 tahun, setelah kemerdekaan Ukraina, setiap tahun sekelompok insinyur, ahli, dan ilmuwan Ukraina pergi ke Rusia dan memastikan maintenance misil berjalan dengan baik. Karena kalau tidak ada maintenance, kalau seandainya misil itu meledak di base bahkan sebelum diluncurkan, itu berbahaya," jelas Vasyl.

Maka dari itu, perlu adanya maintenance dan testing rutin karena misil-misil nuklir ini sudah menua. Dan sejak tahun 2014, tidak ada satupun ahli dari Ukraina yang pergi ke Rusia untuk melakukan maintenance.

"Jadi misil-misil itu tidak memperoleh maintenance selama 8 tahun terakhir, dan kami dari Ukraina tidak pernah melakukan transfer teknologi dan pengetahuan ke Rusia. Mereka tidak bisa maintenance, dan kalau mereka pintar, mereka pasti tahu bahwa misil-misil itu tidak akan aman untuk diluncurkan tanpa maintenance," pungkasnya.

Topik Menarik