Harga Minyak Menuju US$100 Per Barel

Harga Minyak Menuju US$100 Per Barel

Global | koran-jakarta.com | Selasa, 15 Februari 2022 - 00:00
share

NEW YORK - Lonjakan harga minyak mentah menuju 100 dollar AS per barel untuk pertama kalinya sejak 2014, akan memberikan pukulan ganda perekonomian dunia. Pukulan ganda itu yakni memperlemah prospek pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi.

Dua ancaman itu hal mengkhawatiran bagi The Fed dan bank sentral lainnya yang sedang berupaya menahan tekanan kenaikan harga terkuat selama beberapa dekade teakhir tanpa menggagalkan pemulihan dari pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan dari negara kelompok G20 akan melakukan pertemuan virtual minggu ini untuk pertama kalinya tahun 2022. Inflasi merupakan salah satu kekhawatiran mereka.

Dunia Akan Terpukul

Meskipun eksportir energi mendapat keuntungan dari booming harga minyak, pengaruh minyak pada ekonomi tidak seperti dulu. Sebagian besar dunia akan terpukul karena perusahaan dan konsumen mendapati tagihan meningkat dan daya belanja terhimpit oleh harga makanan, transportasi, dan pemanas yang lebih mahal.

Menurut model Shok dari Bloomberg Economics , kenaikan harga minyak mentah menjadi 100 dollar AS pada akhir bulan ini dari sekitar 70 dollar AS pada akhir tahun 2021 akan mengangkat inflasi sekitar setengah persen di AS dan Eropa pada paruh kedua tahun ini.

Secara lebih luas, JPMorgan Chase & Co mengingatkan kenaikan harga minyak hingga 150 dollar AS per barel bakal hampir menghentikan ekspansi global dan membuat inflasi melonjak hingga lebih dari 7 persen, lebih dari tiga kali lipat tingkat yang ditargetkan oleh sebagian besar pembuat kebijakan moneter.

"Ada peluang yang layak untuk perlambatan pertumbuhan global yang signifikan sebagai hasilnya," kata pejabat lama Fed Peter Hooper, yang sekarang menjadi kepala penelitian ekonomi global Deutsche Bank AG seperti dikutip Bloomberg , Senin (14/2).

Harga minyak sudah naik 50 persen dari harga tahun lalu dan ini bagian dari reli harga komoditas yang lebih luas yang juga menyapu gas alam. Pendorongnya antara lain kebangkitan permintaan di seluruh dunia pasca- lockdown , ketegangan geopolitik yang dipicu oleh raksasa minyak Russia dan rantai pasokan yang tegang. Prospek untuk kesepakatan nuklir Iran yang diperbarui terkadang mendinginkan pasar.

Topik Menarik