Mantan Bos Intelijen Kazakhstan yang Dipecat Berhasil Ditangkap karena Pengkhianatan
Mantan kepala badan intelijen dalam negeri Kazakhstan telah ditangkap dengan tuduhan pengkhianatan tingkat tinggi.
Penahanan atas Karim Massimov itu diumumkan pada Sabtu (8/1/2022) oleh Komite Keamanan Nasional Kazakhstan. Komite itu sebelumnya dipimpin oleh Massimov hingga pemecatannya pekan ini.
Sebelum dicap makar, Masimov dikenal sebagai sekutu dekat mantan presiden Nursultan Nazarbayev. Pria 81 tahun itu telah dua kali menjadi perdana menteri. Dia juga tercatat pernah menjabat sebagai sebagai kepala administrasi kepresidenan di bawah pemimpin garis keras.
Pihak berwenang mengatakan bahwa tidak hanya Masimov yang ditahan, tetapi beberapa pejabat lain juga telah ditangkap.
Penangkapan Massimov, bagaimanapun, telah memicu desas-desus tentang perebutan kekuasaan di pemerintah Kazakhstan.
Minggu ini Presiden Kassym-Jomart Tokayev juga mencopot Nazarbayev dari perannya sebagai kepala Dewan Keamanan yang berpengaruh. Tokayev lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai gantinya.
Nazarbayev sendiri belum muncul ke publik sejak awal protes dan juga tidak bereaksi langsung terhadap berita penangkapan Masimov.
Kazakhstan: Nazarbayev looked solid, but he turned out to be hollow pic.twitter.com/ULuPsITwOM
Peter Leonard (@Peter__Leonard) January 5, 2022
Sementara, dilaporkan bahwa sebagian besar kemarahan para demonstran tampaknya ditujukan kepada Nazarbayev, yang memerintah Kazakhstan selama 29 tahun. Ini terbukti ketika para pengunjuk rasa ikut merobohkan patung perunggu dirinya selama kerusuhan, seperti yang terlihat dalam tweet oleh jurnalis Peter Leonard.
Seperti diwartakan DW, berita pemecatan dan penangkapan Massimov muncul usai kerusuhan mematikan akibat demo lonjakan bahan bakar. Setidaknya lusinan orang yang dianggap teroris telah dikonfirmasi tewas dalam protes anti-pemerintah di Kazakhstan.
Namun, dilaporkan BBC, bahwa pihak berwenang sekarang tampaknya kembali menguasai kota terbesar Almaty. Pada Jumat (7/1/2022), Presiden Tokayev juga menyatakan bahwa tatanan konstitusional di Kazakhstan telah dipulihkan, dengan kehadiran pasukan penjaga perdamaian dari Rusia dan beberapa negara bekas Soviet lainnya.
Namun, menurut Tokayev, serangan teroris masih terjadi di beberapa tempat. Dia membuat komentar itu dalam panggilan telepon dengan mitra Rusia, Presiden Vladimir Putin, yang telah mengirim ratusan tentaranya ke Kazakhstan minggu ini.
Diketahui, dalam kerusuhan yang baru-baru ini terjadi, Tokayev kekeh menyalahkan teroris yang dilatih asing sebagai biang keladi. Akan tetapi, sampai saat ini, Tokayev tak kunjung memberi bukti.
Sementara itu, kehadiran pasukan Rusia telah memicu kritik dari Amerika Serikat (AS). Melalui Menteri Luar Negerinya, Anthony Blinken. AS mengatakan bahwa sekalinya Kremlin mencampuri urusan Kazakhstan, maka mereka tidak akan mudah untuk keluar.
"Satu pelajaran dari sejarah baru-baru ini adalah bahwa begitu orang Rusia berada di rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi," kata Blinken.
Merespons itu, Kremlin dengan cepat membalas ucapan Blinken.
"Ketika orang Amerika berada di rumah Anda, Anda akan sulit untuk tetap hidup, tidak dirampok atau diperkosa," kata kementerian luar negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari BBC.
Protes di Kazakhstan dimulai sebagai tanggapan terhadap kenaikan bahan bakar. Demo semakin menjadi-jadi ketika warga ikut menyerukan ketidakpuasan pada pemerintah dan Nazarbayev, yang dianggap masih memiliki pengaruh yang signifikan.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan 26 penjahat bersenjata dan 18 petugas keamanan tewas dalam bentrokan tersebut. Lebih dari 4 ribu lainnya telah ditahan, menurut kementerian.
Angka-angka tersebut belum diverifikasi secara independen. Saluran telepon dan layanan internet terputus selama protes membuat gambaran lengkap peristiwa kerusuhan di Kazakhstan menjadi sulit.