Nggak Nyesel Habisi Ribuan Orang Dalam Perang Anti Narkoba Duterte: Dipenjara, Dibunuh Saya Tidak Akan Minta Maaf
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak meminta maaf atas banyaknya korban tewas dalam kampanye anti narkoba yang dia ciptakan. Ia menegaskan, kampanye anti obat-obatan terlarang tersebut adalah demi menghindari generasi muda dari bahaya pil haram itu.
Lebih dari 6.200 orang tewas dalam operasi anti narkotika sejak Duterte menjabat pada Juni 2016 hingga November 2021. Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) lokal dan internasional pun terus mendesak Duterte menghentikan kampanye memerangi narkoba dan meminta maaf pada keluarga korban tewas.
Di antara ribuan korban tewas, ada juga aparat Kepolisian Filipina. Duterte belum pernah dengan terbuka menyampaikan ucapan duka kepada keluarga korban polisi yang gugur. Namun, pihak Kepolisian Filipina mengatakan, para tersangka yang terbunuh adalah mereka yang bersenjata dan dengan keras menolak penangkapan.
Bunuh saya, penjarakan saya. Saya tidak akan minta maaf kepada siapapun, tegas Duterte dalam pidato awal tahun, Selasa petang (4/1), dikutip Reuters, Rabu (5/1).
Duterte (76) juga bersumpah untuk melindungi para penegak hukum yang melakukan tugas mereka. Menurutnya, para polisi harus membela diri jika hidupnya terancam.
Para hakim Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada September 2021 menyetujui penyelidikan formal terhadap aksi perang Duterte melawan narkoba. Akan tetapi, ICC menangguhkan penyelidikan pada November, menyusul permintaan Pemerintah Filipina akan melaksanakan penyelidikannya sendiri.
Duterte secara sepihak membatalkan keanggotaan ICC Filipina pada Maret 2018. Ini sebulan setelah jaksa ICC mengatakan, pemeriksaan pendahuluan atas upaya perang melawan narkoba di Filipina sedang berlangsung.
Mantan Wali Kota Davao itu menolak campur tangan internasional terkait masalah penegakan hukum terhadap pengedar dan pengguna narkoba. Ia menekankan, masalah ini menjadi kewenangan penuh pemerintahannya.
Pada Oktober 2021, Duterte mengultimatum para pengedar dan pengguna narkoba di Filipina. Ia menegaskan akan membunuh mereka. Jika Anda menghancurkan negara saya dan Anda menghancurkan anak-anak muda dengan memberi mereka obat-obatan, Anda menghancurkan masa depan. Jika kalian menghancurkan negara, saya akan membunuh kalian! cetusnya.
Duterte memenangi kursi kepresidenan Filipina dengan suara yang bulat pada 2016 karena janjinya memberantas korupsi, penegakan hukum dan ketertiban. Namun, perangnya melawan narkoba memanen protes. Banyak pihak yang menunggu kesempatan menyeretnya ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Tapi langkah tersebut sepertinya masih jauh. Pada pemilu tahun ini, meski dia secara konstitusional dilarang mencalonkan diri kembali, namun para analis mengatakan, sekutu Duterte yang terpilih, dapat melindunginya dari tindakan hukum atas program anti narkotikanya. [DAY]