WHO: Lonjakan Omicron Bisa Munculkan Varian Baru Yang Lebih Berbahaya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan, lonjakan kasus Omicron di berbagai belahan dunia, dapat meningkatkan risiko munculnya varian yang lebih berbahaya.
Sejauh ini, Omicron yang menyebar begitu cepat, tak mengakibatkan gejala berat seperti varian sebelumnya. Sehingga, menimbulkan semacam optimisme bahwa pandemi akan segera berlalu, dan kehidupan normal kembali.
Namun, Pejabat Senior Emergency WHO Dr. Catherine Smallwoold mengingatkan, lonjakan kasus ini dapat berbahaya.
"Semakin banyak Omicron menyebar, semakin banyak pula yang tertular. Virus pun akan semakin banyak mereplikasi diri. Kemungkinan munculnya varian baru, juga akan semakin besar," ujar Smallwood kepada AFP , Selasa (4/1).
"Sekarang ini, Omicron bersifat mematikan. Dapat menyebabkan kematian. Mungkin, jumlahnya lebih sedikit dibanding Delta. Tapi, siapa yang tahu varian berikutnya," lanjutnya.
Saat ini, Eropa telah melaporkan lebih dari 100 juta kasus Omicron sejak awal pandemi Covid. Dengan lebih dari lima juta kasus baru dalam pekan terakhir 2021.
"Kita berada dalam fase yang berbahaya. Tingkat infeksi melonjak signifikan di Eropa Barat. Seperti apa dampaknya, masih belum terlihat jelas," ujar Smallwood.
Di level individu sementara ini, varian Omicron memiliki risiko rawat inap yang lebih rendah ketimbang Delta. Namun, secara keseluruhan, Omicron dapat menimbulkan ancaman yang besar karena banyaknya kasus.
Selasa (4/1), Inggris telah membunyikan alarm tanda bahaya krisis rumah sakit, akibat kekurangan staf di tengah lonjakan Omicron. Ketika kasus harian di negara tersebut menyentuh angka 200 ribu untuk pertama kalinya. Skenario yang sama, bisa saja terjadi di negara-negara Eropa lainnya.
"Dalam sistem kesehatan yang canggih dan berkapasitas bagus pun, Omicron bisa bikin kewalahan," ucap Smallwood. [HES]