Teks Khutbah Jumat 12 Desember 2025 Singkat Penuh Hikmah: Sabar Hadapi Musibah
JAKARTA, iNews.id - Teks Khutbah Jumat singkat penuh hikmah edisi 12 Desember 2025 bisa menjadi panduan bagi khatib untuk disampaikan ke jemaah shalat Jumat.
Khutbah merupakan salah satu syarat sah dalam sholat Jumat yang dilakukan dua kali dipisah dengan duduk sebentar. Bagi jamaah, wajib untuk mendengarkan khutbah agar pahala ibadah shalat Jumat tidak sia-sia.
Rasulullah SAW bersabda:
إذا قلت لصاحبك يوم الجمعة أنصت والإمام يخطب فقد لغوت
Artinya: “Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari jum’at, ‘diam dan perhatikanlah’, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat sia-sia.” (HR. Al-Bukhari [934].
Berkaitan dengan musibah, setiap manusia pasti mendapat ujian oleh Allah SWT dalam hidupnya. Ujian hidup itu bisa bermacam-macam. Ada kalanya diberikan ujian kenikmatan duniawi berupaya kekayaan, namun terkadang juga diuji kehilangan harta benda hingga jatuh miskin.
Allah SWT juga mencoba keimanan hamba-Nya dengan musibah berupa bencana alam, pandemi Covid-19, kelaparan, ataupun gagal panen. Semua itu tidak lain sebagai ujian hidup yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan tawakkal.
Dilansir dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK, kata musibah berasal dari Bahasa Arab ashaaba, yushiibu, mushiibatan yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan.
Namun, umumnya dipahami musibah selalu identik dengan kesusahan. Padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga yang disebut dengan istidraj.
Dengan musibah, Allah Swt hendak menguji siapa yang paling baik amalnya. Ujian dalam bahasa Arab disebut Balaa’. Dalam istilah kehidupan balaa’ dapat diartikan cobaan yang diberikan kepada hamba-Nya untuk mengujinya atau mengetahui kualitas manusia itu sendiri.
Orang yang mendapat ujian atau cobaan diharapkan bersikap sabar dalam menjalani apa yang sedang menimpa dirinya. Sabar berarti menahan diri dalam melaksanakan sesuatu dan meninggalkan sesuatu.
Adapun Tawakal berasal dari bahasa Arab dengan kata dasarnya wakl yang berarti menyerahkan, membiarkan, serta merasa cukup (pekerjaan itu dikerjakan oleh seorang wakil). Sedangkan menurut uraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah, bahwa tawakal adalah berusaha dengan sungguh-sungguh sejauh batas kemampuan manusiawi untuk bisa mewujudkan sesuatu yang diinginkan, dengan dibarengi berserah diri kepada Allah Swt atas apa yang telah diusahakan.
Berikut teks khutbah Jumat singkat penuh hikmah tentang Makna Musibah Bagi Muslim.
Teks Khutbah Jumat 12 Desember 2025 Singkat Penuh Hikmah
Khutbah pertama
اْلحَمْدُللهِ، اْلحَمْدُ للهِ اَّلذِيْ أَمَدَّ أَوْلِيَاءَهُ بِقُوَّةِ الصَّبْرِ عَلَى الضَّرَّاءِ، وَنِعْمَةِ الشُّكْرِ عَلىَ النَّعْمَاءِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ اْلأَنْبِيَاءِ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ اْلأَصْفِيَاءِ، وَعَلَى ءَالِهِ الْبَرَرَةِ اْلأَتْقِيَاءِ، فَقَدْ جَاءَ فِي اْلحَدِيْثِ الشَّرِيْفِ “وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ”.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى: ( يَاأَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita memperkuat keimanan kita dengan taqwa, senantiasa berusaha menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan Allah di manapun dan kapan pun kita berada.
Musibah demi musibah datang bertubi-tubi mendera bangsa kita (bangsa Indonesia), mulai gunung meletus, banjir bandang, longsor, gempa bumi, hingga kebakaran.
Lanjutan Khutbah I
Sebagai umat Islam, kita wajib meyakini bahwa semua musibah ini bukan karena kehendak atau murka alam semesta, karena alam semesta adalah benda mati yang tidak memiliki kehendak dan keinginan sama sekali, tetapi kita meyakini bahwa semua ini terjadi dengan kehendak dan taqdir pencipta alam semesta yaitu Allah subhanahu wata’aalaa. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
مَاشَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ
Maknanya: Apa pun yang dikehendaki oleh Allah (pada azal) maka pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pada azal maka pasti tidak terjadi.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Bagi kita (seorang muslim) datangnya musibah dapat dimaknai dengan dua makna; ujian atau adzab dari Allah ta’aalaa.
Pertama: musibah-musibah ini dapat dimaknai sebagai ujian dari Allah ta’aalaa untuk meningkatkan derajat kita. Apabila kita mampu menahan hawa nafsu untuk bersabar dengan ridla terhadap kehendak dan taqdir Allah tersebut, maka Allah akan meningkatkan derajat kita di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
Maknanya: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al Bukhari)
Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa apabila Allah mencintai seseorang maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya. Semakin tinggi derajat seseorang maka semakin berat musibah yang ditimpakan pada mereka, sehingga dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَالُ فَاْلاَمْثَالُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ
Maknanya: “Manusia yang paling berat bala’ (musibahnya) adalah para nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang-orang yang semisalnya, seseorang diuji berdasarkan tingkatan agamanya”
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
إِنَّ عُظْمَ اْلجَزَاءِ مَعَ عُظْمِ اْلبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَى، وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السُّخْطُ
Maknanya: “Sesungguhnya besarnya balasan itu seimbang dengan besarnya bala’, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah pasti menguji mereka, maka barang siapa ridla terhadap ujian itu, ia akan mendapat ridla Allah dan barang siapa marah terhadapnya maka ia akan mendapat murka Allah”.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berdasarkan beberapa hadits di atas dapat dipahami bahwa musibah yang berarti ujian adalah musibah yang ditimpakan kepada umat Islam yang taat kepada Allah ta’aalaa, sebagai media untuk meningkatkan derajat mereka menurut Allah ta’aalaa.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kedua: musibah-musibah tersebut dapat dimaknai sebagai adzab Allah yang dimajukan di dunia sebelum adzab yang lebih pedih di akhirat.
Karena meskipun secara umum adzab atas dosa umat Muhammad akan ditimpakan di akhirat, namun ada beberapa dosa yang adzabnya dimajukan di dunia.
Dalam beberapa riwayat hadits dijelaskan bahwa sebagian dosa yang dilakukan oleh manusia dimajukan adzabnya di dunia seperti dosa durhaka kepada kedua orang tua, dosa memutuskan silaturrahim dan dosa diamnya umat Islam dari kemungkaran yang terjadi di masyarakat.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya bersabda:
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا اْلمُنْكَرَ فَلَمْ يُغَيّرُوْهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ (رواه أحمد)
Maknanya: Sesungguhnya manusia apabila mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak mengubahnya maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan adzab pada mereka secara merata”
Makna hadits di atas adalah bahwa Allah mengancam manusia dengan adzab yang merata apabila mereka meninggalkan an nahyu anil munkar; mereka melihat kemungkaran terjadi di masyarakatnya tetapi mereka diam saja dan tidak mau berusaha untuk mencegahnya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kemungkaran dan kemaksiatan sekarang ini telah merajalela di tengah-tengah masyarakat, pergaulan bebas muda-mudi menjadi trend, perzinaan dianggap sebagai hal biasa, minum minuman keras dan konsumsi narkoba dianggap sebagai kebanggaan, perjudian dilegalkan dengan berbagai modus dan nama, pembunuhan terjadi di mana-mana, praktik riba sudah menjadi kebiasaan, pencurian dan korupsi dari mulai yang kelas teri sampai dengan yang ratusan milyar rupiah dilakukan oleh rakyat biasa sampai para pejabat yang terhormat tanpa sedikitpun memiliki rasa malu.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kemungkaran yang paling besar dan paling berbahaya yang sedang menyebar saat ini adalah kemungkaran kekufuran. Yaitu munculnya paham-paham yang menyimpang dari paham Ahlussunnah wal Jama’ah; paham yang diajarkan oleh Rasulullah dan sahabatnya.
Hari ini banyak berkembang paham khawarij yang mengkafirkan setiap umat Islam yang tidak berhukum dengan hukum Islam meskipun hanya dalam satu permasalahan kecil, paham ini mengakibatkan munculnya paham terorisme yang sangat meresahkan.
Hari ini juga berkembang paham qadariyah muktazilah yang meyakini bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri (bukan Allah yang menciptakannya), hari ini juga berkembang paham mujassimah/karramiyah yang meyakini bahwa Allah adalah jisim yang memiliki anggota badan dan bertempat di suatu tempat tertentu.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Namun di sisi lain, sedikit sekali dari kita; umat Islam yang merasa prihatin melihat fenomena kamaksiatan dan paham-paham kufur tersebut apalagi mau mengingkarinya. Umat Islam saat ini banyak yang hanya sibuk mengurus kepentingan dunianya, sebaliknya sangat tidak peka terhadap kondisi keagamaan umat.
Bahkan sebagian umat Islam ada yang berprinpsip ‘yang penting saya dan keluarga saya selamat’, orang lain itu urusan mereka sendiri’. Prinsip seperti ini jelas tidak benar, karena di dalam Islam selain ada kewajiban menjaga diri sendiri dan keluarga juga ada kewajiban dakwah dan al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘an al munkar.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Allah ta’aalaa berfirman:
ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Maknanya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S ar Rum: 41)
Ayat ini tidak hanya dimaknai bahwa musibah-musibah yang menimpa kita itu disebabkan perbuatan-perbuatan manusia berupa penggundulan hutan, pembuangan sampah sembarangan, penataan kota yang tidak tepat dan seterusnya. Tetapi lebih dari itu, adalah diakibatkan oleh perilaku-perilaku kufur dan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Dalam sebuah ayat Allah ta’aalaa berfirman:
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
Maknanya: “Kenikmatan yang menimpakamu adalah dari Allah dan musibah yang menimpa kamu adalah balasan dari perbuatan diri kamu”.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dengan demikian, apabila kita ingin umat Islam ingin terbebas dari segala macam bencana, maka marilah kita bersama-sama memperbaiki kehidupan agama masyarakat. Kita ingatkan kerabat, teman, tetangga dan seluruh umat Islam dari bahaya paham-paham sesat dan dari berbagai bentuk kemaksiatan.
Apabila kita mau berusaha meninggalkan segala bentuk maksiat dan mau untuk mencegah kemungkaran yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat maka insya Allah, Allah akan mengangkat segala musibah yang menimpa kita.
Maka dari itu, marilah kita bersama-sama muhasabah diri agar Allah SWT ridha atas kehidupan kita di dunia dan insyaallah bisa meraih surga-Nya kelak, Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالقُرْآنِ الحَكِيمِ, أَقُولُ قَولي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ
Khutbah II
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَأَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ ، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ،
Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita senantiasa mengingat bahwa setiap bencana yang Allah turunkan memiliki hikmah di baliknya. Baik itu sebagai peringatan, ujian, maupun teguran, semua adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar kita senantiasa kembali kepada-Nya, memperbaiki diri, dan mengokohkan keimanan.
Oleh karena itu, mari kita tingkatkan takwa, kesabaran, serta tawakal dalam menghadapi segala ujian, seraya memohon ampunan dan perlindungan dari segala musibah yang mungkin menimpa kita. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan kita kekuatan dalam menjalani kehidupan ini dengan penuh keimanan dan kesabaran. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ والْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن
Wallahu A'lam








