Cerita Angkie Yudistira Dirikan Brand Fashion demi Berdayakan Perempuan Disabilitas
JAKARTA - Angkie Yudistira, CEO & Founder Inclusive IDN, membagikan kisahnya memasuki dunia fashion. Tak hanya karena kecintaannya pada fashion, tetapi juga karena keinginannya memberdayakan perempuan, sehingga ia mantap memulai bisnis tersebut.
Dalam sesi GenZone Talks dalam rangkaian ICC di Universitas Tarumanagara pada Kamis (27/11/2025), di hadapan para mahasiswa, Angkie mengatakan bahwa dirinya adalah perempuan berkebutuhan khusus.
“Saya sebenarnya tidak mendengar. Saya seorang tuli atau hard of hearing,” katanya.
Setiap hari, ia mengandalkan gerakan bibir serta teknologi transkripsi suara ke teks untuk berkomunikasi. Selain itu, Angkie juga menggunakan alat bantu dengar.
Meski memiliki keterbatasan pendengaran, Angkie menegaskan bahwa minat dan kecintaannya pada komunikasi serta fashion membuatnya terdorong menciptakan brand yang membumi bagi perempuan, terutama perempuan berkebutuhan khusus. Meskipun brand yang dibangunnya baru berjalan selama tiga bulan, Angkie menegaskan bahwa hal terpenting adalah keberanian.
“Kalau kita ragu, kita enggak akan mulai-mulai. Berani dulu saja,” jelasnya.
Inclusive IDN sendiri dibangun dengan fondasi kebermaknaan, mulai dari logo, motif, hingga pendekatan pasar.
Yang membuat Inclusive berbeda dari brand lain adalah fokusnya pada pemberdayaan penyandang disabilitas melalui sistem afiliator. Para penyandang disabilitas dilatih agar bisa bekerja dari mana saja.
Mereka mendapatkan pelatihan public speaking, cara berjualan, hingga penggunaan teknologi. Menurut Angkie, perempuan bisa memiliki penghasilan tanpa harus bergantung pada perusahaan konvensional.
“Kami latih public speaking, cara jualan, hingga teknologi. Kalau membangun bisnis tujuannya hanya profit, kita akan cepat lelah,” tegasnya.
Brand yang dibentuk Angkie ini berkembang cepat meski baru berjalan selama tiga bulan. Bahkan komunitasnya sudah memiliki 3.000 anggota.
Dengan semangat “just be yourself”, ia menekankan bahwa Inclusive bukan untuk berkompetisi dengan brand lain. Angkie menjelaskan, dirinya tidak hanya membangun bisnis, tetapi juga membuka ruang bagi perempuan penyandang disabilitas agar dapat berkarya, percaya diri, dan mandiri secara ekonomi.



