Awas Syirik Tersembunyi dalam Pergaulan, Apa Itu?

Awas Syirik Tersembunyi dalam Pergaulan, Apa Itu?

Gaya Hidup | sindonews | Sabtu, 6 September 2025 - 11:10
share

Ada syirik tersembunyidalam pergaulan kita sehari-hari. Apa itu dan bagaimana penjelasannya? Berikut ulasannya.

Dalam Islam, syirik atau perbuatan syirikadalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya.

Lantas apa itu syirik tersembunyi? Yakni perbuatan yang ada sifat riyaatau pamer (keinginan untuk dilihat orang, keinginan untuk dipuji).

Tentang syirik tersembunyi ini, Ustaz Syafik Riza Basalamah menjelaskannya dengan sebuah kisah sebagai berikut:Dalam sebuah kisah, Ma’qil bin Yasar mengatakan bahwa dia pergi bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq ke tempatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

“Wahai Abu Bakar, syirik itu di dalam diri kalian lebih tersembunyi dari jalannya semut.”

Yang dimaksud di sini adalah riya’ (keinginan untuk dilihat orang, keinginan untuk dipuji), itu lebih tersembunyi dari jalannya semut.

Baca juga:Pengertian Syirik Beserta Jenis, Contoh dan Macam-Macamnya

Lalu Abu Bakar mengatakan:وَهَلِ الشِّرْكُ إِلاَّ مَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ‏؟‏

“Bukankah syirik itu orang yang menyekutukan Allah?”

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَلشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya. Sungguh syirik itu lebih tersembunyi daripada jalannya semut.”Ustadz Syafiq menjelaskan, yang dimaksud adalah syirkul khafi. Kita tahu bahwa orang-orang yang ahli ibadah mungkin setan sudah capek untuk menggoda orang ini dari sisi syahwatnya. Maka dia akan menggoda ahli ibadah dari sisi niat ibadahnya.

Lantas bagimana agar ibadah yang kita lakukan itu ikhlas dan ittiba'? Menurutnya, kita diciptakan untuk beribadah dan ibadah itu tidak diterima kecuali dengan dua persyaratan:

Pertama, ikhlas mengharapkan ridha Allah, tidak memandang kepada yang lainnya.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Tidaklah manusia diperintahkan kecuali untuk beribadah mengikhlaskan (memurnikan) ketaatan untuk Allah saja...” (QS. Al-Bayyinah: 5)Kedua, hanya untuk Allah, bukan untuk yang lainnya. Maka tatkala kita beribadah, lelah, penat, capek kita bangun malam, kita keluarkan sedikit harta, meninggalkan negeri kita untuk berangkat umroh dan haji, kalau dalam ibadah kita ada riya’, maka selesai. Dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Aku adalah yang tidak butuh dengan partner/sekutu. Barangsipa yang beramal suatu amalan lalu dia sisipkan dalam niatnya selain Aku, maka akan Aku tinggalkan dia dengan apa Aku disekutukan dengannya.” (HR. Muslim)

Baca juga:Bagaimana Sikap Seorang Muslim Terhadap Ramalan? Simak Ya!

Topik Menarik