Dalil Puasa Asyura Menurut Hadis Shahih, Jangan Lewatkan 10 Muharram!
JAKARTA, iNews.id - Dalil puasa Asyura menjadi dasar penting bagi umat Islam untuk memahami mengapa ibadah ini sangat dianjurkan, terutama setiap tanggal 10 Muharram. Meski tergolong puasa sunnah, keutamaannya sangat besar hingga Rasulullah SAW sendiri memberi perhatian khusus terhadapnya.
Hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, bukan hanya hari yang agung dalam sejarah Islam, tetapi juga menjadi momen syukur dan penebusan dosa bagi siapa saja yang menjalankan puasa di dalamnya.
Dilansir iNews.id dari berbagai sumber pada Sabtu (57/2025), berikut penjelasan mengenai dalil puasa Asyura:
Dalil Puasa Asyura
Dari sisi sejarah, puasa ini telah dikenal dan diamalkan bahkan sebelum datangnya Islam secara sempurna.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كَانَ يَوْمُ عَاشُوَرَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
"Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyah, dan Rasulullah SAW juga melakukannya. Ketika beliau sampai di Madinah, beliau berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Puasa Asyura memiliki akar sejarah yang kuat. Nabi SAW menemukan bahwa kaum Yahudi juga berpuasa pada hari tersebut sebagai wujud syukur karena Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari Firaun. Rasulullah SAW bersabda:
نَحْنُ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ
"Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." (HR. Al-Bukhari)
Diriwayatkan pula bahwa hari Asyura adalah hari bersejarah lainnya. Dalam riwayat:
وَهَذَا يَوْمُ اسْتَوَتْ فِيهِ السَّفِينَةُ عَلَى الْجُودِيِّ فَصَامَهُ نُوحٌ شُكْرًا لِلَّهِ
“Ia adalah hari mendaratnya kapal Nabi Nuh di atas gunung Judi, lalu beliau pun berpuasa sebagai bentuk rasa syukur.”
Dalam hadits dari Abu Musa RA, disebutkan:
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صُومُوهُ أَنْتُمْ
“Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan dijadikan sebagai hari raya, maka Rasulullah SAW bersabda: ‘Puasalah kalian pada hari itu.’” (HR. Bukhari-Muslim)
Keutamaan puasa ini juga sangat besar. Dalam salah satu hadits dari Abu Qatadah RA:
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ
"Puasa Asyura dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu." (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa penghapusan dosa ini berlaku untuk dosa-dosa kecil, dan bila tidak ada, maka bisa menjadi sebab diringankannya dosa besar atau bahkan pengangkat derajat.
Tata Cara Puasa Asyura
- Puasa pada 9, 10, dan 11 Muharram
"Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan sehari setelahnya." (HR. Ahmad)
Ibnul Qayyim dan Asy-Syaukani menyebut ini sebagai derajat paling sempurna. - Puasa pada 9 dan 10 Muharram (Tasu’a dan Asyura)
"Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan." (HR. Muslim)
Ibnu Abbas RA juga mengatakan: "Selisihilah Yahudi, berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh." - Puasa dua hari: 10 dan 11 Muharram
Berdasarkan riwayat: "Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya."
Puasa hanya pada tanggal 10 Muharram
Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari bahwa ini adalah tingkatan paling rendah dari puasa Asyura, dan tetap sah serta berpahala.
Dengan memahami dalil puasa Asyura, kita tidak hanya meneladani sunnah Nabi SAW, tetapi juga menelusuri sejarahnya, menumbuhkan rasa syukur, serta meraih keutamaan pengampunan dosa satu tahun yang lalu. Tahun ini, 10 Muharram 1447 H diperkirakan jatuh pada Ahad, 6 Juli 2025. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi taufik untuk mengamalkannya dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.










