Lulus Doktor di Usia 25 Tahun, Almas dari ITS Cetak Rekor Prestasi Internasional

Lulus Doktor di Usia 25 Tahun, Almas dari ITS Cetak Rekor Prestasi Internasional

Gaya Hidup | sindonews | Rabu, 2 Juli 2025 - 19:46
share

Mohamad Almas Prakasa, lulusan Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi meraih gelar doktor di usia 25 tahun. Ia tidak hanya mencetak rekor usia, tetapi juga menunjukkan performa akademik gemilang di tingkat nasional maupun internasional.

Selama menempuh studi, Almas—sapaan akrabnya—berhasil memublikasikan 35 karya ilmiah, termasuk sembilan artikel di jurnal internasional bereputasi Quartile 1 (Q1), tujuh di Quartile 2, dan dua di Quartile 3, serta sejumlah tulisan lainnya dalam jurnal dan konferensi nasional maupun internasional.

Baca juga: Profil Amadeo Yesa, Peserta CoC dengan Nilai UTBK Tertinggi se-Indonesia

Perjalanan akademiknya dipercepat melalui program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kemendikbudristek, yang memungkinkan mahasiswa menempuh jenjang S2 dan S3 dalam empat tahun. Ia juga mendapat beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI) yang memperkuat rekam jejak risetnya di luar negeri.

Selama menjalani program tersebut, putra asal Brebes, Jawa Tengah ini terlibat aktif dalam 15 hibah riset dan pengabdian masyarakat. Ia juga menggandeng kolaborasi riset internasional dengan profesor dari Jepang, Italia, dan Taiwan. Baca juga: Kisah Si Kembar Risyad dan Rasyid, Lulus Bersama dari ITS Mengejar Mimpi di Dunia Teknologi

Beberapa nama besar yang terlibat dalam kolaborasinya antara lain Prof Shigemasa Takai (Osaka University), Prof Alberto Borghetti (University of Bologna), dan Prof Nien-Che Yang (NTUST Taiwan). Selain itu, melalui program PKPI, Almas melakukan riset selama empat bulan di laboratorium Dr Ryo Nishimura dari Tottori University, Jepang.

Dalam disertasinya, Almas mengangkat topik stabilitas Sistem Tenaga Listrik (STL) skala besar. Ia berhasil mengembangkan pendekatan baru berbasis Power System Stabilizer (PSS) dan Virtual Inertia Control (VIC) dengan kecerdasan buatan yang dinilai efektif, adaptif, dan sesuai dengan standar kelistrikan masa depan.

Tak hanya itu, alumnus S1 Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini juga menciptakan modifikasi algoritma baru, yakni Harris Hawk Optimization (HHO) dengan strategi penyimpanan memori (MSS). Algoritma ini terbukti lebih unggul dalam hal akurasi, eksplorasi, dan konsistensi dibanding metode sejenis.

Baca juga: Kisah Haru Pasutri Raih Gelar Doktor Bareng di ITS, Sempat Hadapi Kebutaan"“Algoritma ini terbukti memiliki akurasi dan konsistensi lebih tinggi dibanding algoritma lainnya,” terangnya, mengutip laman ITS, Rabu (2/7/2025).

Menurut Almas, kesuksesannya tak lepas dari lingkungan riset yang suportif, terutama dari kelompok Power System Operation and Control (PSOC) dan Power System Simulation Laboratory (PSSL) ITS. Ia juga dipercaya membimbing mahasiswa S1 dan S2, termasuk dua mahasiswa asing asal Tanzania.

Kedekatannya dengan pembimbing, Prof Dr Ir Imam Robandi, juga menjadi faktor penting. Tak hanya membimbing secara akademis, Prof Imam membangun hubungan emosional dengan mahasiswa lewat interaksi personal, seperti makan bersama atau rekreasi. “Kebersamaan seperti itu membuat proses belajar lebih nyaman dan mendalam,” ungkap Almas.

Sebagai penutup, doktor kelahiran 1 September 1999 ini mendorong generasi muda untuk tidak takut melanjutkan studi ke jenjang S3. Ia menekankan bahwa yang terpenting bukan kepintaran semata, tapi strategi dan semangat belajar yang konsisten. “ITS telah memberikan saya ruang tumbuh yang luar biasa. Saya ingin terus berkarya sebagai dosen dan peneliti di sini,” pungkasnya.

Topik Menarik