Badan Bahasa Kemendikdasmen Targetkan Revitalisasi 120 Bahasa Daerah di 2025

Badan Bahasa Kemendikdasmen Targetkan Revitalisasi 120 Bahasa Daerah di 2025

Gaya Hidup | sindonews | Senin, 26 Mei 2025 - 19:20
share

Tokoh Indonesia lulusan STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) ini adalah orang-orang hebat yang punya peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

STOVIA sendiri merupakan Sekolah Dokter Djawa yang dibuka pada 1851. Sekolah ini awalnya didirikan untuk melahirkan petugas vaksin yang menangani wabah cacar di sepanjang pantai utara Pulau Jawa dan wilayah karesidenan Banyumas.

Dalam perkembangannya, STOVIA menjadi sekolah yang mendidik dokter bumiputera dan bukan hanya dokter Jawa. Hingga akhirnya penggunaan gedung sekolah itu berakhir setelah pendudukan Jepang pada 1942.

5 Tokoh Indonesia Lulusan STOVIA

1. Soetomo

Soetomo yang lahir pada 30 Juli 1888, adalah tokoh pendiri Boedi Oetomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Dirinya sempat bersekolah di STOVIA di tahun 1903 hingga 1911.

Ketika bersekolah di tempat itulah ia menciptakan perkumpulan yang bernama Budi Utomo pada 1908. Setelah lulus, ia sempat bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra.

Foto/BTKIP DIY

Pada tahun 1919 sampai 1923, Soetomo mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi spesialis kedokteran di Universitas Amsterdam. Selama kuliah, Soetomo ikut berkegiatan di Indische Vereeniging. Soetomo juga sempat dipilih menjadi ketua Indische Vereeniging periode 1921–1922.

2. Tjipto Mangunkusumo

Pria asal Jepara yang lahir pada tahun 1886 itu merupakan salah satu tokoh dari 'Tiga Serangka' bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara. Ia juga merupakan tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politikyang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda.

Foto/Ditjen Kebudayaan

Dalam riwayat pendidikannya, Cipto sempat bersekolah di STOVIA bersama kedua adiknya yakni Gunawan, Budiardjo, dan Syamsul Ma’arif. Terbentuknya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 disambut baik Cipto sebagai bentuk kesadaran pribumi akan dirinya.

Berbeda dengan kedua rekannya dalam "Tiga Serangkai" yang kemudian mengambil jalur pendidikan, Cipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad. Karena sikap radikal-nya, pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke Banda.

3. Wahidin Soedirohoesodo

Wahidin Soedirohoesodo lahir pada 7 Januari 1852, di Sleman, Yogyakarta. Ia merupakan seorang dokter dan reformis pendidikan di Hindia Belanda yang ikut mendirikan organisasi pengembangan diri Jawa, Boedi Oetomo.

Foto/Civitas Book

Dalam riwayat pendidikannya, ia sempat menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School di Yogyakarta dan STOVIA. Dihadapan para pelajar STOVIA di Jakarta, ia melontarkan sebuah gagasan akan pentingnya sebuah organisasi untuk memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa.

Gagasan ini akhirnya disambut antusias para pelajar, sehingga pada tanggal 20 Mei 1908 lahirlah Budi Utomo. Dalam kurun waktu tersebut, Boedi Oetomo menjadi organisasi modern pertama kali lahir di Indonesia.

4. Achmad Mochtar

Achmad Mochtar lahir pada 10 November 1890, di Pasaman, Sumatera Barat. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat direktur Lembaga Eijkman, sebuah lembaga penelitian biologi di Jakarta yang didirikan pada masa pendudukan Belanda.

Selain pernah bersekolah di STOVIA, Achmad juga sempat menempuh pendidikan di Universitas Amsterdam, Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, para peneliti di Lembaga Eijkman ditangkap oleh militer Jepang atas tuduhan pencemaran vaksin tetanus.

Foto/Museum Kebangkitan Nasional

Meski tuduhan tersebut tidak pernah terbukti, Achmad Mochtar menyerahkan diri pada tentara Jepang dan kemudian dieksekusi mati demi menyelamatkan hidup para peneliti di lembaga yang dipimpinnya.

5. Mohamad Sjaaf

Mohamad Sjaaf lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, pada 16 Mei 1887. Ia merupakan presiden (rektor) yang pertama di Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat, yang diangkat pada tahun 1956.

Foto/Wikipedia

Lulusan STOVIA ini sempat diangkat menjadi dokter Hindia di Ngawi di wilayah Keresidenan Madiun. Kemudian dia dipindahkan ke Medan pada bulan Mei 1916 dan bekerja di sana sampai 1 April 1919.

Karena kepintarannya, pada bulan itu juga Pemerintah Kolonial Belanda mengirim Sjaaf ke Belanda untuk melanjutkan studinya di bidang ilmu kedokteran. Dia lulus ujian dokter Belanda (arts) pada bulan Desember 1921, dan berhak menyandang gelar Doktor pada 1923.

Demikian 5 tokoh Indonesia lulusan STOVIA. Semoga informasi ini bermanfaat.

Topik Menarik