Mengenal Stroke, Penyebab Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal

Mengenal Stroke, Penyebab Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal

Gaya Hidup | sindonews | Rabu, 21 Mei 2025 - 08:20
share

Stroke menjadi penyebab meninggalnya Ibrahim Sjarief Assegaf, suami jurnalis Najwa Shihab pada Selasa, 20 Mei 2025 pukul 14.29 WIB di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON). Meski dikenal menjalani hidup sehat, Ibrahim mengalami stroke yang disebabkan pendarahan otak.

Kabar duka ini dikonfirmasi oleh Narasi, media yang didirikan oleh Najwa Shihab dan di mana Ibrahim Sjarief Assegaf menjabat sebagai komisaris utama. Jenazah pria yang akrab disapa Baim itu akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta Selatan pada hari ini, Rabu (21/5/2025).

“Telah berpulang Ibrahim Sjarief bin Husein Ibrahim Assegaf, selalu Komisaris Utama Narasi dan suami dari pendiri Narasi, Najwa Shihab," tulis Narasi di X dikutip Rabu (21/5/2025).

Stroke merupakan salah satu penyakit serius yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani segera. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut stroke sebagai penyebab kematian tertinggi kedua di dunia, sekaligus menjadi salah satu pemicu utama disabilitas jangka panjang.

Foto/Instagram Ibrahim Sjarief Assegaf

Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi stroke mencapai 10,9 per mil dan menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan pentingnya edukasi dan kewaspadaan terhadap penyakit ini.

Secara medis, stroke terjadi ketika aliran darah menuju otak terganggu, baik akibat penyumbatan maupun pecahnya pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan otak kekurangan oksigen dan nutrisi, sehingga dalam waktu singkat sel-sel otak bisa mengalami kerusakan permanen.

Terdapat dua jenis utama stroke, yakni stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah, biasanya karena gumpalan darah atau penumpukan plak. Sementara itu, stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak, yang dapat dipicu oleh tekanan darah tinggi atau kelainan pembuluh darah, seperti yang dialami oleh almarhum Ibrahim.

Gejala stroke bisa datang secara tiba-tiba, di antaranya kelemahan di satu sisi tubuh, gangguan bicara, penglihatan kabur, pusing, kehilangan koordinasi, atau sakit kepala hebat yang muncul mendadak. Karena itulah, penanganan cepat menjadi kunci dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi dampak jangka panjang.

Faktor risiko stroke terbagi menjadi dua kategori. Faktor yang tidak bisa diubah meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Namun, sebagian besar faktor risiko lainnya sebenarnya dapat dicegah dan dikendalikan, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tidak sehat.

Upaya pencegahan stroke dapat dilakukan melalui gaya hidup sehat, termasuk olahraga teratur, pola makan bergizi, tidak merokok, mengelola stres, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama bagi individu dengan risiko tinggi.

Jika stroke terjadi, jenis penanganan sangat tergantung pada jenisnya. Untuk stroke iskemik, terapi penghancur gumpalan darah (trombolitik) perlu diberikan dalam waktu yang sangat terbatas. Sedangkan pada stroke hemoragik, pasien mungkin memerlukan tindakan pembedahan untuk menghentikan pendarahan atau mengurangi tekanan dalam otak.

Setelah fase kritis berlalu, rehabilitasi jangka panjang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi tubuh, yang meliputi terapi fisik, terapi okupasi, hingga terapi wicara.

Kasus meninggalnya Ibrahim Sjarief Assegaf menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa stroke bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang menjalani gaya hidup sehat. Edukasi tentang gejala, pencegahan, dan penanganan stroke menjadi penting agar risiko fatal bisa diminimalisasi dan kualitas hidup tetap terjaga.

Topik Menarik