10 Contoh Hadis Dhaif yang Banyak Beredar di Masyarakat
Banyak contoh hadis dhaifyang banyak beredar di masyarakat. Hadis merupakan salah satu sumber hukum Islam yang telah disepakati para ulama sehingga kerap menjadi rujukan bagi umat Muslim.
Hadis adalah segala ucapan (sabda), pernyataan, perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad shallallahu 'alihi wa sallam (SAW) yang dijadikan hukum dalam agama Islam. Hadis merupakan sumber hukum Islamselain Al Quran, Ijma dan Qiyas.
Adapun macam-macam hadisjika dilihat dari banyak sedikitnya perawi antara lain; hadis mutawatir, hadis ahad, hadis shahih, hadis hasan, hadis dha'if (lemah). Dan hadis dhaif disebabkan oleh kecacatan perawinya antara lain; hadis maudhu', hadis matruk, hadis mungkar, hadis mu'allal, hadis mudhthorib, hadis maqlub, hadis munqalib, hadis mudraj, hadis syadz.
Dai pendiri Quantum Akhyar Institute, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, dalam kitab hadis akan ditemui dua sayap yaitu Matan (isi/subsantsi hadis) dan Sanad (silsilah orang yang meriwayatkan hadis sampai ke Nabi Muhammad SAW). "Keduanya penting, kata ulama ini bagaikan dua sayap burung. Satu sayap terluka maka burungnya tidak bisa terbang, satu sayap terluka maka hadisnya akan turun kualitasnya," terang Dai kelahiran Pandeglang, Banten itu.
Ada hadis yang isinya bagus, tapi riwayatnya bermasalah maka belum tentu hadisnya bisa diterima. Untuk mengetahui hadis benar atau tidak, maka perlu dicek dan melihat perawinya. "Kita kan gak pernah berjumpa dengan Rasulullah SAW, maka telusuri informasinya sampai tersambung kepada Nabi atau disebut dengan Isnad, urutannya disebut Sanad. Sebagaimana dilakukan Imam Muslim yang membuat bab khusus 'babul Isnadi' (bab pembahasan tentang pentingnya sanad),"ungkapnya.
Lantas, apa itu hadis dhaif dan contohnya paling populer di masyarakat?Hadis dhaif berarti hadis yang tidak memenuhi kriteria hadits shahih dan hasan. Artinya secara kredibilitas sangat diragukan. Hal ini bisa terjadi karena sanadnya tidak bersambung dan di dalam rangkaian sanadnya terdapat perawi yang bermasalah.
Meski demikian, nyatanya beberapa hadis dhaif begitu populer di kalangan masyarakat. Bahkan beberapa di antaranya masih dipercaya hingga saat ini.
Berikut 10 Contoh Hadis Dhaif yang Populer di Masyarakat.
1. Hadis tentang Ramadan Dibagi Tiga
[arabOpen]مغفرة، وآخره عتق من النار. رواه ابن أبي الدنيا والخطيب وابن عساكر[arabClose]Dari Abu Hurairah, Ramadhan itu adalah bulan yang awalnya penuh dengan rahmat. Di pertengahannya penuh dengan ampunan. Dan, di ujungnya pembebasan dari api neraka.” (HR Ibnu Abi Dunya dan Ibnu 'Asakir)
[arabOpen]فقد روي من حديث سلمان: وهو شهر أوله رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار. رواه ابن خزيمة في صحيحه 1887 وقال: إن صح. والبيهقي في شعب الإيمان[arabClose]
Artinya: Telah diriwayatkan dari Salman bahwa Ramadan adalah bulan yang awalnya penuh rahmat, Di pertengahannya penuh ampunan dan fase terakhirnya pembebasan dari api neraka. (HR Al Baihaqi dalam Syu'bul Iman).
2. Hadis Bulan Rajab Bulan Allah
[arabOpen]إِنَّ رَجَب شَهْرُ اللهِ، وَشَعْبَانَ شَهْرِيْ، وَرَمَضَانَ شَهْرَ أُمَّتِي[arabClose]Sinopsis Terbelenggu Rindu Eps 437: Marcel Diyakini Pelaku Penembakan Ratna, Biru Cari Barang Bukti
Artinya: Sesungguhnya Rajab itu bulannya Allah, dan Sya’ban itu bulanku, dan Ramadan itu bulan ummatku.
3. Hadis Pahala Salat 6 Rakaat
Diriwayatkan oleh Umar bin Rasyid dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah bersabda,“Barangsiapa yang salat 6 rakaat setelah shalat maghrib dan tidak berbicara sedikitpun di antara salat tersebut, maka baginya sebanding dengan pahala ibadah selama 12 tahun.”
4. Hadis Mencari Ilmu Sampai ke Negeri China
[arabOpen]اطلبوا العلم ولو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم[arabClose]Artinya: Carilah ilmu meskipun di negeri China, karena mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim.
5. Hadis tentang Tidur dan Diamnya Orang Puasa
[arabOpen]الصَّائِمُ فِي عِبَادَةٍ وَإِنْ كَانَ رَاقِدًا عَلَى فِرَاشِهِ[arabClose]“Orang yang berpuasa itu tetap dalam kondisi beribadah meskipun dia tidur di atas kasurnya“. [HR Tamâm]
6. Hadis tentang Puasa Itu Setengah Dari Kesabaran
[arabOpen]… وَالصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ وَالطُّهُورُ نِصْفُ الْإِيْمَانِ[arabClose]“Puasa itu setengah kesabaran dan kesucian itu setengahnya iman“.
Dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 3519 dalam Kitab ad-Dâ’awât, juga diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnad beliau rahimahullah (4/260 dan 5/363) lewat jalur periwayatan Juraisy an-Nahdy dari seorang laki-laki bani (suku) Sulaim.
Sanad hadis ini dha’if, karena Juraisy bin Kulaib ini adalah seorang yang majhûl (tidak dikenal), sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Madini rahimahullah (lihat, Tahdzîbut Tahdzîb, 2/78 karya Ibnu Hajar rahimahullah).
7. Hadis tentang Doa Buka Puasa
[arabOpen]عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَفْطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ[arabClose]“Dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu ‘anhu, beliau Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila hendak berbuka, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan :
[arabOpen]اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ[arabClose]
“Wahai Allâh! UntukMu kami berpuasa dan dengan rezeki dari Mu kami berbuka. Ya Allâh ! Terimalah amalan kami ! Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui“. [Diriwayatkan oleh Daru Quthni rahimahullah dalam kitab Sunan beliau rahimahullah, Ibnu Sunni dalam kitab ‘Amalul Yaumi wal Lailah, no. 473 dan Thabrani t dalam kitab al-Mu’jamul Kabîr]
Sanad hadis ini sangat lemah (dha’îfun jiddan), karena :Pertama : Ada seorang rawi yang bernama Abdul Mâlik bin Hârun bin ‘Antarah. Orang ini adalah sseorang rawi yang sangat lemah.Kedua : Dalam sanad hadits ini terdapat juga orang tua dari Abdul Mâlik yaitu Hârun bin ‘Antarah. Dia ini seorang rawi yang diperselisihkan oleh para Ulama ahli hadits. Imam Daru Quthni rahimahullah menilainya lemah, sedangkan Ibni Hibbân rahimahullah telang mengatakan, “Mungkarul hadîts (orang yang haditsnya diingkari), sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya.”
8. Hadis tentang Keutamaan I’tikaf
[arabOpen]مَنِ اعْتَكَفَ عَشْرًا فِي رَمَضَانَ كَانَ كَحَجَّتَيْنِ وَعُمْرَتَيْنِ[arabClose]“Barangsiapa yang beri’tikaf pada sepuluh hari (terakhir) bulan Ramadân, maka dia seperti telah menunaikan haji dan umrah dua kali“.
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi rahimahullah dalam kitab beliau Syu’abul Imân dari Husain bin Ali bin Thâlib Radhiyallahu ‘anhuma. hadits ini Maudhû’.
Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam kitab beliau Dha’if Jami’ish Shaghiir, no. 5460, mengatakan ,”Maudhû.’ Kemudian beliau rahimahullah menjelaskan penyebab kepalsuan hadits ini dalam kitab beliau rahimahullah Silsilah ad-Dha’ifah, no. 518
Hadits dha’if lain yang hampir senada yaitu :
[arabOpen]مَنِ اعْتَكَفَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ[arabClose]
“Barangsiapa yang beri’tikaf atas dasar keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat“.
Hadits dha’if riwayat Dailami rahimahullah dalam Musnad Firdaus. Al-Munâwi rahimahullah, dalam kitab beliau Faidhul Qadîr, syarah Ja’mi’ Shaghîr (6/74, no. 8480) mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat rawi yang tidak aku ketahui.”
9. Hadis tentang Ramadan Bulan Terbaik Bagi Kaum Muslimin
[arabOpen]مَا أَتَى عَلَى الْمُسْلِمِينَ شَهْرٌ خَيْرٌ لَهُمْ مِنْ رَمَضَانَ وَلَا أَتَى عَلَى الْمُنَافِقِينَ شَهْرٌ شَرٌّ مِنْ رَمَضَانَ[arabClose]“Tidak ada bulan yang datang kepada kaum Muslimin yang lebih baik daripada Ramadân . dan tidak datang kepada kaum Munafiqin bulan yang lebih buruk daripada bulan Ramadân“.
Hadits ini dha’if. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah (2/330, Fathurrabbani, 9/231-232), Ibnu Khuzaimah, no. 1884 dan lain-lainnya. Semua riwayat ini melalui jalur periwayatan Katsîr bin Zaid rahimahullah dari Amr bin Tamim dari bapaknya dari Abu Hurairah secara marfu’
Al-Haitsami rahimahullah dalam kitabnya Majma’uz Zawâid, 3/140-141 mengatakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dan Thabrani rahimahullah dalam kitabnya al-Ausath dari Tamîm dan aku tidak menemukan riwayat hidup Tamîm.” Maksudnya Tamîm (bapaknya Amr) seorang perawi yang majhûl.
Dalam kitab Mizânul I’tidâl, 3/249, adz Dzahabi rahimahullah mengatakan, “Amr bin Tamim dari bapaknya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu tentang keutamaan bulan Ramadhân. Dan dari Amr, hadits ini diriwayatkan oleh Katsîr bin Zaid. Tentang Amr bin Tamim, Imam Bukhâri rahimahullah mengatakan, ‘Haditsnya perlu diteliti (Fi hadîtsihi nazhar).”
Ini adalah salah satu istilah Imam Bukhâri dalam mengkritik dan menerangkan cacat perawi yang sangat halus akan tetapi makna dan maksudnya dalam sekali. Apabila Imam Bukhâri mengatakan, “Fiihi nazhar atau fi haditsihi nazhar, maka perawi itu derajatnya lemah atau bahkan sangat lemah. ”
10. Hadis tentang Mengqadha Puasa Ramadan dengan Cara Berturut-Turut
[arabOpen]مَنْ كَانَ عَلَيْهِ صَوْمُ رَمَضَانَ فَلْيَسْرُدْهُ وَلاَ يَقْطَعْهُ[arabClose]“Barangsiapa yang memiliki tanggungan shaum (puasa) Ramadhân, maka hendaknya dia mengqadha’nya dengan cara berturut-turut dan tidak diputus-putus (selang-seling)“.
Hadits ini dha’if. Hadits ini diriwayatkan oleh Daru Quthni rahimahullah dalam sunannya, 2/191-192 dan al-Baihaqi dalam sunan beliau, 2/259 lewat jalur Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh dari ‘Alâ bin Abdurrahman dari bapaknya dari Abu Hurairah (ia mengatakan), Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : (seperti hadis di atas).
Sanad hadits ini dha’if (lemah), karena Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh adalah seorang rawi yang dha’if (lemah).Ad-Daaru Quthni rahimahullah mengatakan, “Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh adalah dha’îful hadîts (orang yang haditsnya lemah).”
Al Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya Talkhishul Habîr ,2/260, no. 920 mengatakan, “Ibnu Abil Hâtim rahimahullah telah menerangkan bahwa bapaknya yaitu Abu Hâtim telah mengingkari hadis ini karena ada Abdurrahman.”
Al-Baihaqi rahimahullah mengatakan, “Dia (Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh) telah dinilai lemah oleh Ibnu Ma’in rahimahullah, Nasa’i rahimahullah dan Daru Quthni rahimahullah.”
Demikianlah beberapa contoh hadis dha’if yang banyak beredar di masyarakat. semoga bermanfaat.










