Profil Fariz RM, Musisi yang Kembali Ditangkap Kasus Narkoba

Profil Fariz RM, Musisi yang Kembali Ditangkap Kasus Narkoba

Gaya Hidup | sindonews | Rabu, 19 Februari 2025 - 17:40
share

JAKARTA - Profil Fariz RM kembali menarik perhatian. Pasalnya, pemilik nama lengkap Farz Roestam Moenaf ini kembali ditangkap Polres Metro Jakarta Selatan terkait dugaan penyalahgunaan narkotika.

"Benar inisial FRM diamankan," kata Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Andri Kurniawan kepada wartawan, Rabu (19/2/2025).

Profil Fariz RM

Fariz RM lahir di Jakarta, 5 Januari 1959. Dia merupakan penyanyi, pemusik dan penulis lagu berkebangsaan Indonesia keturunan Belanda, Betawi dan Minangkabau, Sumatra Barat. Lagu-lagunya yang hits, seperti "Barcelona" dan "Sakura", yang populer awal dekade 1980-an.

Fariz memang lahir dari keluarga pemusik, pasangan Rustam Munaf asal Minangkabau dan Hj. Anna Reijnenberg yang berdarah Belanda-Betawi. Rustam Munad adalah penyanyi di RRI Jakarta, sedangkan ibunya adalah pelatih piano. Sejak kecil dia telah diperkenalkan kepada dunia musik. Selain pada ibunya, Fariz belajar piano pada Sunarto Sunaryo dan Prof. Charlotte Sutrisno JP.Perjalanan Karier

Dikutip Wikipedia, karier bermusiknya dimulai sebagai pemain gitar melodi pada usia 12 tahun, saat berteman dengan Debby Nasution dan Odink Nasution, membentuk "Young Gipsy" yang membawakan musik blues dan rock. Selanjutnya, Fariz bekerja sama dengan Addie M.S., Adjie Soetama, dan Iman R.N., membuat operet pada acara perpisahan dan grup vokal sekolahnya.

Jalan ke dunia musik profesional mulai terbuka pada tahun 1977. Bersama Adjie Soetama, Raidy Noor, Addie MS, dan Ikang Fawzi yang merupakan teman sekolahnya di SMA Negeri 3 Jakarta, ia mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan oleh Radio Prambors Jakarta. Meski hanya meraih juara III, namun tawaran dari berbagai grup band mulai berdatangan.

Fariz melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung jurusan Seni Rupa pada tahun 1978. Fariz pun mencoba untuk mengembangkan dan menimba ilmu serta menambah pengalaman dengan bergabung di dua grup musik beraliran rock, Giant Step dan The Rollies. Fariz menjadi musisi pengganti untuk posisi keyboard Giant Step untuk penampilan panggung, dan menggantikan posisi pada drum untuk karya-karya pentas The Rollies. Fariz juga pernah membantu mengiringi kelompok musik dari Bandung pimpinan Harry Roesli, Harry Roesli Kharisma, pada 1979.

Pada 1980, Fariz merilis album keduanya yang bertajuk Sakura. Di album ini, dengan sistem rekam overdubbed, Fariz memainkan berbagai instrumen, seperti drum, kibor, gitar, bas, perkusi, sendirian. Bisa jadi Fariz terinsiprasi Stevie Wonder atau Mike Oldfield, pemusik yang bermain tunggal dalam sejumlah album rekamannya. Warna musiknya pun fresh dan groovy. Album ini sukses besar. Fariz kemudian merilis album perdananya yang belum sempat dirilis.

Di saat tren musik di negeri ini masih terbuai dalam balada yang mendayu-dayu, Fariz malah menawarkan konsep musik yang danceable ala Earth Wind & Fire dengan penonjolan pada aransemen brass section sebagai aksentuasi dan teknik bernyanyi falsetto. Setahun kemudian, Fariz R.M. membentuk grup Transs, yang personelnya antara lain Erwin Gutawa, pemusik yang sekarang banyak dikaitkan dengan aransemen berbau orkestral. Dengan Transs, Fariz menawarkan konsep musik fusion, yang akhirnya membuat sejumlah grup musik terinspirasi untuk menggarap musik fusion, yang memadukan jazz dan rock.

Transs adalah grup yang maunya beridealisme tinggi. Ini terlihat dari kalimat yang tertera pada sampul album Transs, Hotel San Vicente (1981): "pembaharuan musik Indonesia dalam warna, personalitas, dan gaya". Boleh jadi kalimat itu berkonotasi gagah-gagahan belaka. Namun patut diakui, sejak pemunculan Transs, mulailah muncul grup-grup fusion seperti Krakatau, Karimata, Emerald, dan lain-lain

Fariz pernah 'menghilang' sekira 10 tahun dari panggung musik Indonesia. Untuk membuktikan eksistensinya, Fariz menggelar konser terbesarnya, yaitu Pagelaran Zaman Emas Fariz RM, 21 Agustus 2003 di Plenari Hall, JCC Jakarta. Konser tersebut menghadirkan pula keponakannya Sherina Munaf, Reza Artamevia, Titi DJ, Katon Bagaskara, Warna, /rif, dan Syaharani.

Tak hanya itu, Dwiki Dharmawan ditunjuk untuk menggarap komposisi lagu dalam konser tersebut. Meski Fariz tetap memperlihatkan kepiawaiannya, konser tersebut dinilai gagal karena jumlah penonton yang hadir terbilang cukup sedikit (hanya 2000 orang dari kapasitas 5000). Selain itu, Fariz dinilai terburu-buru, karena setelah menghilang sekian tahun, tiba-tiba muncul dengan konser akbarnya.

Usai menjalani masa hukuman, Fariz menggelar konser tunggal yang bertajuk Anthology Live Concert, di Rolling Stone Live Stone, Jln. Ampera Raya No.16, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, 25 Juli 2008. Pada konser tunggalnya tersebut Fariz berkolaborasi dengan artis-artis muda antara lain adalah Sherina Munaf, Koil, dan White Shoes & The Couples Company.[6]

Kasus Narkoba

Fariz mengaku pernah kecanduan alkohol dan mengonsumsi narkoba. Bahkan akibat kebiasaannya itu, Fariz divonis menderita liver pada 1996. Penyakit itu pula yang membuat tubuh Fariz sekarang terlihat kurus sekali dan dokter menyatakan tubuhnya tak mungkin gemuk lagi.

Pada 2001, Fariz berurusan dengan polisi dengan tuduhan terlibat kasus peledakan bom di Asrama Mahasiswa Iskandar Muda, Manggarai, Jakarta. Fariz dicurigai lantaran ditemukan surat yang dibuatnya dan ditujukan kepada Panglima GAM di lokasi ledakan bom. Enam tahun kemudian, Fariz berurusan lagi dengan polisi. Pada dini hari 28 Oktober 2007 dia ditahan polisi dalam sebuah razia di Jakarta.

Ditemukan 1,5 linting ganja seberat 5 gram yang disimpan dalam bungkus rokok. Setelah melalui tes urine, Fariz dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis ganja. Dan terancam UU Narkotika dengan hukuman penjara di atas 5 tahun.[9] Dia akhirnya divonis 8 bulan penjara potong masa hukuman. Hukuman ini lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut 1 tahun penjara. Selain itu, sisa hukuman Fariz juga bakal dihabiskan di Rumah Sakit Melia Cibubur untuk rehabilitasi.

Kemudian, pada Agustus 2018 Fariz RM ditangkap lagi terkait kasus narkobanya yang ketiga yakni kepemilikan sabu seberat 900 miligram.

Kehidupan Pribadi

Fariz menikah dengan Oneng Diana Riyadini, mantan peragawati asal Semarang, Jawa Tengah pada 1989. Tak terlalu lama menunggu, Fariz-Oneng pun segera dikaruniai momongan. Sayang, putri pertama mereka, Ramanitya Khadifa hanya 15 detik menghirup udara dunia karena paru-parunya tidak berkembang.

2 tahun kemudian, pasangan ini pun dikaruniai putri kembar, Ravenska Atwinda Difa dan Rivenski Atwinda Difa yang lahir 26 Oktober 1991. Kemudian si kembar memiliki adik, Syavergio Avia Difaputra lahir 11 September 1998.

Topik Menarik