4 Potret Drama Musikal Sinematik Karya Hanung Bramantyo, Desain Panggungnya Raih Rekor MURI
Sutradara Hanung Bramantyo kembali ke dunia teater lewat drama musikal sinematik “City of Love”. Pertunjukan tersebut sukses digelar bertepatan di bulan kasih sayang tanggal 14, 15 dan 16 Februari 2025 di Plenarry Hall, Jakarta International Convention Center, Jakarta.
Hanung pun mengunggah sejumlah potret memukau pertunjukan yang digarapnya itu. Dia menyebut proyek ini jadi momen spesial yang menandai kembalinya dirinya ke dunia teater, dunia yang pernah ditekuninya semasa masih tinggal Yogyakarta dan dekat dengan seniman-seniman teater.
Berikut sejumlah potret fakta-fakta drama musikal City of Love, dikutip dari akun Instagram @hanungbramantyo, Senin (17/2/2025).
1. Angkat Tema Perjalanan Cinta
Drama ini berkisah tentang lika liku jalinan cinta sepasang muda mudi, Sandya dan Kala yang hubungannya tak direstui karena kisah masa lalu kedua orang tua mereka, Badai dan Kasih.
Pertunjukan ini melibatkan sejumlah pemain muda seperti Devano, Maesha Kanna dan Agatha Priscila. Ada juga artis-artis multi talenta seperti Marcel, Lukman Sardi, Andien dan Amin.
Gelar Press Conference Series Culture Shock, VISION+ Hadirkan Series Humor Sekaligus Edukasi
City of Love juga menampilkan artis-artis senior, di antaranya Widyawati, Niniek L Karim, Marini dan Yanti Airlangga. Dan di tengah-tengah cerita pertunjukan hadir Reza Rahadian, sebagai kejutan istimewa untuk penonton.
Musikal sinematik ini disutradarai Hanung berkolaborasi dengan Agus Noor. Didukung penata musik Tohpati, penulis naskah Titin Watimena, pengarah artistik panggung Taba Sanchabakhtiar dan masih banyak lagi.
2. Padukan Unsur Teater dan Sinema
Hanung mengatakan, City of Love mengintegrasikan unsur teater dengan sinema, menciptakan pengalaman baru yang memikat. Meskipun memiliki dua medium yang berbeda yaitu layar lebar dan panggung, ada interaksi yang tercipta di dalamnya. Sebuah eksperimen perdana yang dijajaki oleh Hanung dengan melibatkan Agus Noor.
”Ini drama musikal yang dekat dengan dunia saya, yatu sinema. Jadi lahirlah musikal sinematik,” ucapnya.
3. Angkat Era Klasik
Dikemas dengan latar belakang era tahun 1930 hingga 1950, musikal sinematik ini sarat dengan detail busana dan dandanan di era tersebut, serta setting panggung yang menawan. Selama pertunjukan penonton juga bisa menikmati alunan orkestra Tohpati yang baru pertama kali berkolaborasi dengan Hanung Bramantyo.
4. Raih Rekor MURI
Tak heran, seluruh kursi penonton hampir terisi penuh di hari penayangan perdananya. Penonton “City of Love” juga dimanjakan dengan pengalaman imersif dan spektakular. Karena panggungnya didisain menggunakan rotater berdiameter 18m, enam sisi LED berbeda yang membawa penonton dalam suasana cerita yang menghanyutkan, serta layar terbesar di atas panggung.
Totalitas itu mendapat apresiasi oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pertunjukan panggung Indonesia dengan sentuhan kelas dunia.
Musikal sinematik sendiri diproduksi oleh Warisan Budaya Indonesia Foundation yang diketuai Yanti Airlangga. Pertunjukan ini diharapkan bisa menjadi terobosan baru dalam kreasi drama musikal, yang tidak hanya menyajikan musik dan drama yang dikemas indah, tetapi juga didukung dengan sentuhan artistik dalam setiap instalasinya.