28 Orang Meninggal Dunia akibat Demam Berdarah di 2025, Kemenkes Rekomendasikan Vaksin DBD

28 Orang Meninggal Dunia akibat Demam Berdarah di 2025, Kemenkes Rekomendasikan Vaksin DBD

Berita Utama | inews | Minggu, 16 Februari 2025 - 16:51
share

JAKARTA, iNews.id - Kementerian Kesehatan mencatat per 3 Februari 2025, terdapat 6.050 kasus demam berdarah secara nasional. Sebanyak 28 di antaranya meninggal dunia. 

Kasus demam berdarah dilaporkan dari 245 kabupaten atau kota di 23 provinsi. Wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, termasuk Jakarta menjadi provinsi dengan kasus terbanyak secara nasional. 

"Ya, di Jakarta masih tinggi kasus demam berdarahnya, salah satu faktornya adalah jumlah penduduk yang banyak," kata Direktur Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina Isturini, saat ditemui di kawasan Jakarta Barat, Sabtu (15/2/2025).

Cara Mencegah Demam Berdarah yang Efektif Menurut Kemenkes 

Langkah yang sudah dilakukan Kemenkes untuk menekan angka kasus demam berdarah antara lain dengan pengendalian vektor melalui penyebaran nyamuk wolbachia, gerakan 3M plus, dan gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, plus memperkuat edukasi berkelanjutan. 

Pemerintah juga telah menetapkan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 yang menekankan sinergi lintas sektor, salah satu bentuk nyata kolaborasi ini adalah kegiatan Langkah Bersama Cegah DBD bersama dengan Takeda. 

"Dengue adalah ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia. Kasusnya selalu ada sepanjang tahun dan cenderung meningkat di musim hujan. Demam berdarah bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga produktivitas masyarakat dan membebani sistem layanan kesehatan," paparnya. 

Karena itu, upaya pencegahan perlu dimasifkan di masyarakat. Selain dengan 3M Plus, langkah lain yang bisa dilakukan adalah vaksinasi DBD. 

"Demam berdarah tidak bisa dilawan hanya dengan satu pendekatan, misalnya hanya mengandalkan 3M Plus, atau nyamuk Wolbachia, tapi masyarakat juga disarankan untuk turut aktif berperan melindungi dirinya dengan vaksin DBD," kata Ina. 

"Karena itu, vaksin DBD kami rekomendasikan sebagai vaksin pilihan. Meski saat ini belum masuk dalam daftar vaksin gratis yang diberikan pemerintah, tapi ITAGI sedang mengkaji vaksin DBD bisa masuk ke dalam program imunisasi nasional," tambahnya. 

Hal senada juga disampaikan Andreas Gutknecht selaku Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines bahwa mengatasi masalah demam berdarah tidak cukup mengandalkan satu solusi. 

"Kita perlu disiplin menerapkan 3M plus, lalu meningkatkan kesadaran, serta mempertimbangkan pendekatan yang inovatif untuk pencegahan. Dengan aksi kolektif yang kuat, harapan nol kematian akibat dengue pada 2030 bisa tercapai," ujar Andreas.

Demam Berdarah Tidak Hanya Berbahaya bagi Anak-Anak  

Sebagai informasi, penyakit demam berdarah paling banyak menyerang kelompok usia 15 hingga 44 tahun, dan 13 persennya terjadi di kelompok usia di atas 44 tahun. 

"Dengue atau demam berdarah itu bisa berdampak fatal tidak hanya pada anak-anak, tapi juga orang dewasa," papar Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Suzy Maria, SpPD.

Dia melanjutkan, "Banyak yang mengira demam berdarah hanya berbahaya pada anak-anak, padahal orang dewasa juga berisiko mengalami infeksi parah, terutama pada mereka yang memiliki komorbid seperti diabetes, hipertensi, gangguan imun, penyakit jantung, dan penyakit ginjal." 

Pada kelompok tersebut, kata dr Suzy, DBD dapat berkembang lebih cepat menjadi dengue berat yang berisiko menyebabkan kegagalan organ. 

Selain itu, masih banyak orang salah mengerti bahwa kalau sudah kena DBD, maka tubuh akan kebal. Pendapat seperti ini salah besar, karena individu bisa terinfeksi dengue lebih dari sekali. Bahkan, infeksi berikutnya berisiko lebih parah. 

"Sistem imun yang sudah pernah terpapar virus dapat bereaksi lebih kuat terhadap infeksi berikutnya, dan ini meningkatkan risiko komplikasi serius seperti perdarahan hebat atau syok dengue," kata dr Suzy. 

Demikian pembahasan mengenai kasus demam berdarah yang terjadi di Indonesia. Semoga informasi ini menjadi perhatian agar kita dapat mencegah penyakit ini bersama-sama. 

Topik Menarik