Arti Arah Mata Angin dalam Bahasa Jawa
MENGENAL arti arah mata angin dalam bahasa Jawa yang sedikit berbeda dan terkadang membingungkan. Ternyata sebutan mata angin dalam bahasa Jawa juga sering kali disematkan sebagai nama wilayah.
Seperti arah mata angin dalam bahasa Jawa terdiri dari kulon (barat), wetan (timur), lor (utara), dan kidul (selatan) sebagai empat mata angin utama. Sementara mata angin lainnya yakni lor kulon (barat laut), kudul kulon (barat daya), kudul wetan (tenggara), dan lor wetan (timur laut).
Menurut buku Falsafah Hidup Jawa karya Endraswara (2006) menyebutkan bahwa arah mata angin sudah menjadi bagian dari filosofi hidup masyarakat Jawa. Mereka memaknainya sebagai pemberian Tuhan kepada manusia sebagai penunjuk jalan.
Buku tersebut juga menjelaskan bahwa arah mata angin disebut sebagai kiblat papat lima pancer artinya empat sudut dengan satu pusat sebagai yang lima. Mulai dari wetan atau timur, yang melambangkan kawitan atau awal. Ini disimbolkan oleh kawah atau hubungan erat seperti saudara kandung.
Terdapat kidul atau selatan yang melambangkan darah, kulon atau barat yang melambangkan plasenta, dan lor atau utara yang melambangkan ari-ari. Masyarakat Jawa memberi nama banyak daerah menggunakan istilah arah mata angin, misalnya Gunung Kidul dan Kulon Progo.

Gunung Kidul merujuk pada rangkaian pegunungan yang terletak di sebelah selatan Yogyakarta. Di sisi lain, masyarakat menamai daerah tersebut Kulon Progo karena terletak di sebelah barat sungai Progo.
Penamaan arah mati angin tidak hanya digunakan sebagai nama jalan atau wilayah saja.
Orang Jawa juga menamakan tokoh daerah dengan arah mata angin. Sebut saja legenda terkenal di pantai selatan yakni Nyi Roro Kidul.
Julukan tersebut diberikan berdasarkan lokasi wilayah. Nyi Roro Kidul mendiami pantai selatan yang dalam bahasa Jawa disebut kidul.
Orang Jawa juga menggunakan arah mata angin secara metonimi dalam komunikasi sehari-hari. Sebagai contoh, ketika seseorang dari Bantul ingin pergi ke "Malioboro", mereka akan menyebutkan kata "ngalor".
Istilah metonimi "ngalor" digunakan untuk merujuk pada "Malioboro" karena perjalanan dari Bantul ke Malioboro harus dilakukan dengan bergerak ke arah utara.
Identitas Sister Hong Lombok Terbongkar! Akhirnya Buka Suara dan Bantah Tuduhan Salat Pakai Mukena
Demikian informasi arah mata angin dalam bahasa Jawa.
(RIN)








