Riwayat Hidup DN Aidit, Pimpin PKI hingga Jadi Partai Komunis Terbesar Ketiga di Dunia
JAKARTA - Pada tanggal 30 September 1965 terjadi tragedi nasional yang dimulai di Jakarta dengan diculik dan dibunuhnya enam orang jenderal dan seorang kapten. Peristiwa dikenal sebagai Peristiwa G30S PKI .
Salah satu nama yang kerap disebut dalam peristiwa tersebut adalah Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit. Dia adalah Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC-PKI).
Benarkah Ada Keterlibatan Ir Soekarno dalam Peristiwa G30S PKI? Di masa kecilnya ia mendapatkan pendidikan Belanda dari ayahnya, Aidit yang awalnya bernama Abdullah Aidit merupakan seorang pemimpin gerakan pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda dan setelah merdeka pernah menjadi anggota DPR (Sementara) mewakili rakyat Belitung.
Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan Nurul Islam yang berorientasi kepada Muhammadiyah. Demikian dilansir dari laman Perpusnas.
Kisah Musso Lakukan Pemberontakan PKI di Madiun Aidit mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit saat dia menjelang dewasa. Dari Belitung, Aidit berangkat ke Jakarta, dan pada tahun 1940 ia mendirikan perpustakaan "Antara" di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.
Dia masuk ke Sekolah Dagang (Handelsschool). Ia belajar teori politik Marxis melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda, yang belakangan berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.
Kendati Aidit merupakan seorang Marxis dan anggota Komunis Internasional (Komintern), dirinya mengikuti paham Marhaenisme Soekarno dan membiarkan partainya berkembang tanpa menunjukkan keinginan untuk merebut kekuasaan.
Bahkan, sebagai dukungannya terhadap Soekarno, ia berhasil menjadi menjadi Sekjen PKI hingga Ketua. Di bawah kepemimpinannya PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan RRT.
Dia mengembangkan sejumlah program untuk berbagai kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI) hingga Lekra.
Pada kampanye Pemilu 1955, Aidit dan PKI berhasil memperoleh banyak pengikut dan dukungan karena program-program mereka untuk rakyat kecil di Indonesia.
Dalam dasawarsa berikutnya, PKI menjadi pengimbang dari unsur-unsur konservatif di antara partai-partai politik Islam dan militer. Pada tahun 1965, PKI menjadi partai politik terbesar di Indonesia dan menjadi semakin berani dalam memperlihatkan kecenderungannya terhadap kekuasaan.
Tetapi, terjadi peristiwa G30S PKI. Pemerintah Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto mengeluarkan versi resmi bahwa PKI adalah pelakunya dan sebagai pimpinan partai, Aidit dituduh sebagai dalang peristiwa ini.
Tuduhan ini tidak terbukti, karena Aidit meninggal dalam pengejaran oleh militer ketika ia melarikan diri ke Yogyakarta. Ada beberapa versi tentang kematian Aidit. Menurut versi pertama, Aidit tertangkap di Jawa Tengah lalu dibawa oleh sebuah batalyon Kostrad ke Boyolali dan ditembak mati.
Versi yang lain mengatakan bahwa ia diledakkan bersama-sama dengan rumah tempat ia ditahan. Hingga sekarang tidak diketahui di mana jenazahnya dimakamkan.










