Mitra Deradikalisasi Bima Diminta Makin Bijak Dalam Sikapi Keragaman
Mitra deradikalisasi atau mantan narapidana terorisme (napiter) di Bima dan sekitarnya diminta semakin bijak dalam menyikapi keragaman yang ada di Indonesia. Pasalnya, perbedaan ini sudah menjadi sunatullah dan Indonesia pun lahir sebagai negara kesepakatan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Kita berbeda pemikiran dalam menjalankan agama sesuatu hal yang wajar, tetapi jangan sampai jadi permusuhan di antara kita. Oleh sebab itu, apabila masih ada perbedaan pemikiran, lebih baik dibicarakan secara baik-baik. Karena yang berbeda itu sejatinya sama-sama mencari kebaikan, artinya sama-sama mencari keselamatan di dunia akhirat, ujar Kasubdit Bina Masyarakat (Binmas) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Sujatmiko, dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis (14/9).
Pernyataan itu disampaikan Sujatmiko pada Silaturahmi Bersama Mitra Deradikalisasi di Pondok Kekayuan, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (13/9). Kegiatan yang digelar Subdit Bina Masyarakat, Direktorat Deradikalisasi BNPT itu dihadiri 19 mantan napiter yang telah kembali ke tengah-tengah masyarakat. Mitra deradikalisasi tersebut berasal dari wilayah Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, dan Kabupaten Sumbawa Barat.
Sujatmiko berpesan agar para mitra deradikalisasi agar benar-benar menjauhi virus radikalisme. Pasalnya, virus itulah yang membuat mereka harus berurusan dengan hukum dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Agar kita sebagai warga negara menyadari virus radikalisme yang dapat merusak sendi-sendi berbangsa dan bernegara yang baik seperti anti Pancasila, anti NKRI, anti Kebhinnekaan, menganut paham takfiri dan kekerasan serta anti terhadap pemerintahan yang sah, ujarnya.
Dia juga menekankan kepada para mitra deradikalisasi agar tidak sampai memelihara sikap anti terhadap pemerintahan yang sah. Pemerintahan yang sah artinya didirikan sesuai kesepakatan seluruh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, perlu kita hormati dengan kritik yang baik, tegasnya.
Kepala Badan Kesbangpol Kota Bima Muhammad Hasyim memberikan pesan singkat kepada para mitra deradikalisasi. Ia meminta agar semua anak bangsa ikut berperan aktif menjaga keutuhan dan kemakmuran NKRI.
Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber yang juga mitra deradikalisasi dari Surabaya, Ustaz Saifudin Umar. Dalam paparannya, Saifudin menjelaskan keunikan pandangan Ibnu Taymiyyah mengenai jihad toleransi yang dituliskan di dalam bukunya berjudul Jihad Toleransi Ibn Taymiyyah .
Ia mengungkapkan, Ibnu Taymiyyah sudah hampir 7 kali masuk penjara karena pemikirannya. Ketika ditawarkan untuk membalas memenjarakan ulama yang pernah memenjarakannya, Ibnu Taymiyyah menolak dengan alasan karena ulama tersebut masih bermanfaat untuk masyarakat.
Uniknya pemikiran Ibnu Taymiyyah juga dipakai di mana-mana. Orang-orang liberal memakai pemikiran Ibnu Taymiyyah, dan orang-orang keras pun memakai pemikiran Ibn Taymiyyah, meski fatwa Ibnu Taymiyyah tersebut didistorsi oleh orang-orang keras, ujar Saifuddin.
VISION+ Campus Attack Goes to Mercu Buana, Kesempatan Eksklusif Ketemu Yuki Kato & Cast Still Single
Ia juga mengungkapkan tentang lima kaidah takfir Ibnu Taymiyyah. Pertama, tidak boleh memudahkan pengkafiran. Kedua, mengkafirkan adalah tuntutan syari, bukan akal. Ketiga, bahasanya bukan mengkafirkan, tetapi menyalahkan. Keempat, mujtahid apabila melakukan kesalahan, tidak boleh dikafirkan. Kelima, semua masalah membutuhkan pemaknaan atau tafsir yang tepat. Saifuddin menutup materinya dengan menggarisbawahi bagaimana meneladani Ibnu Taymiyyah yaitu sifatnya yang berlapang dada.
Kegiatan silaturahmi ini juga dihadiri aparat wilayah dan unsur Pemerintah Daerah. Di antaranya Kesbangpol Kota Bima, Kodim 1608/Bima, Polresta Bima, dan Fasda Sinergitas.










