Lima Saham Perbankan Ini Masih Undervalued, Tertarik Koleksi?
IDXChannel - Perbankan menjadi salah satu sektor yang menjadi favorit investor. Sektor ini juga menjadi penopang yang cukup besar bagi naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Namun, masih adakah saham bank yang memiliki valuasi murah (undervalued) yang menarik untuk dikoleksi?
Terdapat dua cara populer melihat sebuah saham dikatakan murah, yaitu dengan melihat data price-to earnings ratio (PER) dan rasio price-to book value (PBV) sebuah emiten.
Data PER dapat digunakan untuk membandingkan harga saham dengan laba perusahaan. Semakin kecil angka PER di bawah 10 kali hingga 15 kali, saham dianggap undervalued atau semakin murah.
Sementara data PBV dapat dimanfaatkan untuk melihat seberapa murah atau mahal suatu saham dengan membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan.
Angka di bawah 1 kali mengindikasikan bahwa saham tersebut memiliki valuasi yang murah.
Berikut saham dengan valuasi murah yang berhasil dihimpun Tim Riset IDX Channel per Kamis (24/8/2023) berdasarkan PER dan PBV:
1. BBTN
Berdasarkan PER, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menjadi salah satu saham perbankan yang bisa dibilang undervalued dengan nilai PER 6,02 kali. Sementara nilai PBV BBTN juga masih cukup kecil 0,63 kali.
Secara umum, kinerja keuangan BBTN mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,47 triliun pada semester I/2023, tumbuh tipis sebesar 0,23 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kinerja saham BBTN per 25 Agustus 2023 pukul 15.40 secara ytd turun 6,3 persen. NISP memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp17,75 triliun.
2. NISP
Saham PT. Bank OCBC NISP Tbk (NISP) menempati posisi kedua saham dengan valuasi murah. NISP memiliki nilai PER dan PBV rendah. Nilainya masing-masing 6,42 kali dan 0,75 kali. Adapun kinerja saham NISP secara ytd meroket 51,86 persen.
Info saja, NISP mencatatkan kinerja keuangan semester I-2023 dengan kenaikan laba bersih 25 persen yoy sebesar Rp2,1 triliun, tumbuh dari sebelumnya di angka Rp1,6 triliun.
Pertumbuhan laba bersih NISP ini didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 21 persen yoy.
Kinerja yang kuat ini didukung oleh pertumbuhan perbankan ritel dan korporasi di mana kredit yang disalurkan mencatatkan kenaikan sebesar 12 persen. Total aset NISP kini mencapai Rp245 triliun, meningkat 10 persen yoy.
3. BNGA
PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) adalah saham perbankan ketiga dengan valuasi yang murah. Nilai PER BNGA hanya 6,63 kali dengan PBV 0,93 kali. Kinerja saham BNGA juga naik 42,62 persen secara ytd.
BNGA mencatat laba konsolidasi sepanjang semester I tahun 2023 sebesar Rp 3,26 triliun. Angka ini naik 27,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,56 triliun.
BNGA juga berencana melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD/PMTHMETD) alias private placement.
Private placement baru akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 9 Oktober 2023.
4. BJBR
Bank milik pemerintah Jawa Barat, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) memiliki nilai PER 6,75 kali. BJBR juga memiliki PER rendah sebesar 0,83 kali. BJBR mencatatkan kinerja saham merosot 12,64 persen secara ytd.
BJBR membukukan laba bersih sebesar Rp908,7 miliar pada semester I-2023. Capaian laba bersih ini menurun 24 persen sebesar Rp1,19 triliun secara yoy.
Meski laba bersih turun, BJBR juga mencatatkan peningkatan penyaluran kredit 10 persen yoy menjadi Rp121,2 triliun.
5. BJTM
Di urutan terakhir, bank milik pemerintah daerah lainnya, tepatnya Jawa Timur yakni PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) memiliki PER dan PBV kecil 6,88 kali dan 0,86 kali. Kinerja saham BJTM juga merosot sepanjang tahun ini turun 7,75 persen ytd.
BJTM mencatatkan laba bersih menjadi Rp720 miliar pada semester I-2023. Laba tersebut turun 11,68 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 815 miliar.
BJTM juga mencatatkan penurunan aset sebesar 5,43 persen yoy menjadi Rp103 triliun pada periode yang sama. (NIA)