Sosok Oppenheimer, Ilmuwan Fisika yang Dijuluki Father of Atomic Bomb
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) diketahui menjadi negara yang menciptakan nuklir melalui sebuah proyek bernama The Manhattan Project di Los Alamos, New Mexico.
Uji coba pertama senjata ini berlangsung di gurun Alamogordo pada 16 Juli 1945. Dan kurang dari sebulan, dua buah bom atom meledak di Jepang. Tepatnya di kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 dan mengakhiri Perang Dunia II. Dari situlah muncul nama Oppenheimer.
Oppenheimer ini dibuat oleh ilmuwan pembuat bom atom untuk Hiroshima dan Nagasaki. Dia adalah seorang ilmuwan fisika yang berhasil menjadi kepala laboratorium The Manhattan Project sekaligus menemukan bom atom. Berkat hal ini pula dirinya disebut sebagai "Father of Atomic Bomb".
Dilansir Atomic Archive, Julius Robert Oppenheimer lahir di New York City, 22 April 1904. Ayahnya adalah seorang penjual tekstil Jerman kaya raya, sedangkan ibunya adalah seorang seniman keturunan yahudi.
Oppenheimer adalah lulusan Ethical Culture Society School yang kemudian masuk ke Harvard pada 1922. Pada mulanya, Oppenheimer tertarik dengan kimia sebelum akhirnya beralih ke fisika.
Dia lulus pada 1925 dan segara bekerja dibawah JJ Thomson di Laboratorium Cavendish, Universitas Cambridge, Inggris. Setahun berselang, dirinya dibawah Max Born belajar di Universitas Gottingen dan meraih gelar Ph.D di usia 22 tahun serta menerbitkan banyak kontribusi penting untuk teori kuantum yang baru dikembangkan.
Salah satunya adalah Born-Oppenheimer, yakni pemisahan gerak nuklir dari gerak elektron dalam perlakuan matematis molekul.
Pada 1927, Oppenheimer kembali ke Harvard dan berlanjut ke Institut Teknologi California di tahun berikutnya. Dan selama lebih dari 13 tahun, Oppenheimer senantiasa bolak-balik menuju kedua universitas ini hingga menjadi seorang ilmuwan yang menemukan berbagai teori fisika termasuk teori lubang hitam pada 1930 an.
Oppenheimer menikah dengan Katherine pada November 1940 dan memiliki anak pertama bernama Peter di tahun berikutnya. Anak keduanya lahir pada 1944 yang kemudian diberi nama Toni.
Ini 5 Makanan yang Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung, Stroke dan Kanker hingga Alzheimer
Pada awal Perang Dunia II, Oppenheimer terlibat dalam pengembangan proyek bom atom. Pada awalnya, Oppenheimer berperan dalam perhitungan neutron. Hingga pada akhirnya ia ditunjuk sebagai direktur ilmiah Proyek Manhattan sejak Juni 1942.
Di bawah kepemimpinan Oppenheimer, Manhattan Project mempekerjakan lebih dari 3.000 orang untuk mengatasi masalah teoritis dan mekanis dalam pembuatan bom atom. Dan hasil pekerjaannya terlihat dari luluh lantaknya Hiroshima dan Nagasaki serta meninggalnya ratusan ribu nyawa di kedua kota ini.
Pasca perang berakhir, Oppenheimer kemudian menjabat sebagai Ketua Komite Penasihat Umum Komisi Energi Atom (AEC) pada 1947 hingga 1952. Pada saat itu, dirinya menentang keras rencana pengembangan bom hidrogen.
Pada kurun waktu 1947 hingga 1966, Oppenheimer juga menjabat sebagai Direktur Princeton\'s Institute for Advanced Study. Di sana, ia mendorong diskusi dan penelitian tentang fisika kuantum dan relativitas di School of Natural Sciences.
Oppenheimer pada akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 18 Februari 1967. Dirinya meninggal setelah divonis mengidap kanker tenggorokan.





