Kisah Akhir Hayat Gajah Mada Memilih Moksa Setelah Karier Militernya Redup
Asal usul Patih Majapahit Gajah Mada masih menjadi misteri hingga saat ini. Namun bukan hanya kelahiran dan latar belakangnya, kematian tokoh yang kesohor karena sumpah Palapa ini juga masih simpang siur.Disebutkan sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, dia menjumpai Gajah Mada telah sakit. Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi karena sakit.Meski begitu, Mahapatih Gajah Mada dikisahkan melakukan meditasi terakhir dan moksa (menghilang dari muka bumi) di kawasan Madakaripura, Probolinggo, Jawa Timur. Gajah Mada menyucikan diri dengan bertapa demi mencapai moksa.Kawasan Madakaripura disebutkan dalam kitab Negarakertagama merupakan hadiah Raja Majapahit, Hayam Wuruk yang diberikan untuk Mahapatih Gajah Mada. Patung Mahapatih Gajah Mada pun dibangun di dekat lokasi air terjun.
Air terjun di Madakaripura dipercaya osejumlah masyarakat di sekitar lokasi sebagai tempat untuk meditasi terakhir hingga akhirnya mencapai moksa. Sehingga tak mengherankan jika banyak orang yang datang untuk bermeditasi, khususnya hari yang dikeramatkan.
Aliran air di terjun Madakaripura konon tak pernah berhenti mengalir. Oleh karenanya, lokasi Mahapatih Gajah Mada bersemedi ini disebut juga sebagai air terjun abadi. Air terjun Madakaripura berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.Jika benar apa yang disampaikan Empu Prapanca dalam kitab Negarakertagama itu, maka sesungguhnya tidak ada keraguan soal di mana Gajah Mada menghabiskan sisa hidupnya setelah tidak menjadi Mahapatih. Juga akhir hidupnya di pertapaan Madakaripura setidaknya sedikit menjawab pertanyaan terkait asal usul Gajah Mada.Dalam lontar Badad Gajah Maddha diceritakan bahwa orangtua Gajah Mada adalah pendeta hindu di Wilatikta (Majapahit).
Maka berubahlah wujud sang Dewa ini menyerupai Curadharmayogi dan mendatangi Patni, di saat suaminya yang asli sedang pergi mencari air minum. Kehamilan Patni seolah tamparan bagi keduanya. Bagaimana tidak, keduanya sudah berjanji untuk meninggalkan kenikmatan dunia demi agama. Karena didorong rasa malu itulah keduanya memutuskan kabur ke hutan. Pelarian mereka berakhir di dekat Gunung Semeru. Dari sana keduanya menuju ke arah Barat Daya, lalu sampai di Desa Maddha. Si jabang bayi akhirnya melahirkan di balai agung yang terletak di desa tersebut pada 1299. Usai melahirkan, Patni bersama suaminya meninggalkan buah hati mereka seorang diri. Keduanya melanjutkan pelarian menuju gunung. Beruntung, tersebut dipungut oleh pemuka desa setempat. Kabar penemuan bayi itu sampai juga ke telinga salah satu patih tersohor dari Wilatikta.
Di masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi, posisi Gajah Mada diangkat lebih tinggi menjadi mahapatih setelah berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta (masuk Kabupaten Situbondo).Pada periode inilah Gajah Mada melakukan ekspansi besar-besaran kerajaan Majapahit ke segala penjuru. Banyak kerajaan penting berhasil direbut Majapahit, seperti Kerajaan Pejeng (Bali), sisa-sisa kerajaan Sriwijaya dan Malayu.
Perbandingan Pendidikan Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi yang Berebut Takhta Raja Keraton Surakarta
Puncaknya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Amangkubumi dan kembali menjadi tokoh sentral kemajuan Majapahit di zaman Hayam Wuruk, termasuk salah satu peristiwa penting dan kontroversi hingga kini masih simpang siur yaitu Sumpah Palapa. Dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca, kekuasaan Majapahit yang didapat dari peperangan maupun monopoli dagang terbentang dari Papua, Sumatera, Tumasik (sekarang disebut Singapura), hingga sebagian pulau di Filipina. Semua terbingkai dalam peta Nusantara. Atas jasanya itu, menurut kitab Negarakertagama, Gajah Madah dihadiahi wilaya Madakaripura. Dikatakan bahwa ditempat ini Gajah Madah melakukan meditasi.
(ams)








